Kompas TV nasional politik

Tagar Reuni 212 Trending, Peneliti Jelaskan Eksistensi dan Politik Agama ala 212 di Media Sosial

Kompas.tv - 2 Desember 2021, 10:35 WIB
tagar-reuni-212-trending-peneliti-jelaskan-eksistensi-dan-politik-agama-ala-212-di-media-sosial
Sejumlah tagar terkait 212 trending, peneliti temukan pola perpindahan aksi 212 dari offline ke online (Sumber: Tangkapan layar twitter trending)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejak tadi malam, Rabu (1/11) tagar yang berafiliasi dengan reuni 212 memuncaki beberapa linimasa. Di platform twitter misalnya, tagar #AksiSuperDamai212 #PatungKuda hingga #AllahuAkbar212 dalam amatan KOMPAS TV bergantian menapaki populer di Indonesia.  

Akademisi dan Peneliti Media UIN Raden Mas Surakarta, Zakky Zulhazmi, menilai tagar tersebut adalah upaya gerakan tersebut untuk merawat eksistensi, termasuk urusan politik di media sosial agar dapat perhatian publik.

“Jika hanya sekadar trending di media sosial, hari ini mudah saja menjadikan suatu tagar trending. Tapi gerakan 212 perlu reuni offline untuk unjuk kekuatan dan eksistensi. Bahwa mereka masih ada. Soal trending, di media sosial siapapun bisa memoles diri sebaik mungkin , hanya saja fakta di lapangan bisa lain,” papar Zakky kepada KOMPAS TV, Kamis pagi (2/11). 

Baca Juga: Sejarah Reuni 212: dari Tuntutan Penjarakan Ahok, Bebaskan Rizieq Shihab hingga Usul Jadi Parpol

Pria yang juga aktif di Pusat Pengkajian Masyarakat dan Pendidikan Islam Nusantara (PPIM PIN) itu lantas menjelaskan soal gerakan online dan offline yang dilakukan dalam reuni 212 ini.

“Saya melihat mereka melakukan dua gerakan bersamaan, online dan offline. Menggaungkan dulu di medsos, lalu ketika hari H tetap reuni, meski dalam pelaksanaannya sedikit rumit, khususnya terkait perizinan, tempat dan semacamnya. Tapi gerakan itu saya rasa tidak berhasil. Selain karena kehilangan momentum, masyarakat juga sudah jemu dengan pembelahan,” papar pria yang juga dosen tersebut.

Baca Juga: Soal Reuni 212, Akademisi Ingatkan agar Masyarakat Kritis Terkait Politik Praktis

Penulis Buku Islam Radikal  di Media Siber itu mengingatkan, alasan keapa tidak berhasil menggaet simpati publik karena akhirnya beberapa tokoh politk yang mereka dukung diakomodir oleh pemenang di kasus Pilpres 2019.

“Mungkin masyarakat sudah berpikir, untuk apa kita ribut2 kalau toh elitnya berangkulan dan duduk semeja. Untuk apa membawa isu agama dalam politik kalau toh nyatanya ‘tokoh Islam’ juga sudah menduduki posisi penting. Jadi ya itu, sudah tidak relevan lagi isu agama dan politik, apalagi di media sosial,” ujarnya memaparkan.

Namun, kata Zaky, hal berbeda ketika nanti ada momentum politik tiba.  “Kecuali nanti kita ketemu momen X lagi, momen seperti Ahok dulu,” kata dia menutup penjelasannya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x