Kompas TV internasional kompas dunia

Dihajar Pandemi dan Kudeta Militer, Setengah Populasi Myanmar Bisa Jatuh Miskin pada 2022

Kompas.tv - 1 Desember 2021, 22:17 WIB
dihajar-pandemi-dan-kudeta-militer-setengah-populasi-myanmar-bisa-jatuh-miskin-pada-2022
Pihak keluarga tahanan politik yang menunggu sanak saudara bebas di luar penjara Insein, Yangon, Myanmar, 19 Oktober 2021. Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa memprediksi, angka kemiskinan Myanmar bisa meroket akibat pandemi dan kudeta militer. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) merilis prediksi suram mengenai ekonomi Myanmar. UNDP memprediksi, setengah populasi negara itu bisa jatuh miskin pada 2022.

UNDP menggarisbawahi dampak ganda pandemi Covid-19 dan kudeta militer Myanmar, dua faktor yang mengancam kemajuan negara itu sedekade terakhir.

Prediksi UNDP didasarkan pada survei terhadap 1.200 keluarga. Survei ini menyimpulkan bahwa Myanmar akan kembali ke tingkat kemiskinan sebelum 2005, ketika reformasi demokrasi dimulai.

"Terjerumusnya (Myanmar) ke dalam kemiskinan dalam skala ini bisa berarti hilangnya kelas menengah (yang merupakan) pertanda buruk bagi pemulihan cepat dari krisis," kata Direktur UNDP untuk Asia Pasifik Kanni Wignaraja dalam sebuah pernyataan dikutip Antara.

Baca Juga: ASEAN Tolak Bos Junta Militer Myanmar Hadir dalam KTT ASEAN dan China

Menurut UNDP, skenario terburuknya adalah peningkatan drastis warga Myanmar yang hidup di bawah garis kemiskinan, dari 24,8 persen menjadi 46,3 persen.

Sementara itu, peningkatan kemiskinan di daerah perkotaan diprediksi meningkat tiga kali lipat, dari 11,3 persen pada 2019 menjadi 37,2 persen pada 2022.

Setengah dari responden survei UNDP di daerah perkotaan tidak memiliki tabungan, sedangkan sepertiga di antaranya mengaku telah menjual sepeda motor, alat transportasi utama bagi sebagian besar keluarga Myanmar.

Konsumsi rumah tangga pun dilaporkan menyusut dan angka putus sekolah meningkat.

Kota besar seperti Yangon dan Mandalay, tempat tinggal kelas menengah Myanmar yang sedang tumbuh, diterpa gangguan terhadap usaha kecil di berbagai sektor, memicu hilangnya pekerjaan dan pengurangan upah.

Pemerintahan junta militer mengaku telah berupaya menyelamatkan Myanmar dari krisis ekonomi. Namun, mereka menyangkal kudeta sebagai salah satu faktor utama krisis. Mereka justru menuduh ada pihak yang melakukan “sabotase ekonomi.”

Sebelum kudeta militer, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Myanmar tumbuh meskipun diterpa pandemi Covid-19. Namun, kini, ekonomi Myanmar diperkirakan berkontraksi lebih dari 18 persen.

Di lain sisi, kudeta militer Myanmar dan kekerasan militer setelahnya dilaporkan telah membunuh lebih dari 1.200 orang.

Baca Juga: Jurnalis AS Danny Fenster Dibebaskan Junta Militer Myanmar

 



Sumber : Antara

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.