Kompas TV internasional kompas dunia

Hong Kong Deteksi Covid-19 Varian Baru B.1.1.529 pada Dua Orang di Karantina Kedatangan Luar Negeri

Kompas.tv - 26 November 2021, 08:52 WIB
hong-kong-deteksi-covid-19-varian-baru-b-1-1-529-pada-dua-orang-di-karantina-kedatangan-luar-negeri
Varian baru B.1.1.529 ditemukan pada dua orang yang dikarantina di Regal Airport Hotel di Hong Kong pada pertengahan November. Pasien berusia 36 diduga menularkan virus ke pria lain yang menginap di kamar sebelah hotel, lapor RTHK. (Sumber: Straits Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Fadhilah

HONG KONG, KOMPAS.TV - Hong Kong mengumumkan mereka mendeteksi varian virus corona yang baru diidentifikasi dan menyebar di Afrika Selatan. Hal ini mendorong Inggris untuk melarang penerbangan dari beberapa negara Afrika, seperti dilansir Straits Times, Jumat (26/11/2021)

Varian baru bernama ilmiah disebut B.1.1.529 itu ditemukan awal bulan ini pada dua pria yang dikarantina secara terpisah di Regal Airport Hotel di Chek Lap Kok, lapor penyiar publik Hong Kong RTHK pada Kamis (25/11/2021).

Pusat Perlindungan Kesehatan Hong Kong, CHP memastikan bahwa varian baru virus corona itu dibawa oleh seorang pria yang terbang dari Afrika Selatan pada 11 November. Dia dinyatakan positif terkena virus corona dua hari kemudian, seperti dilansir Washington Post.

Pasien yang berusia 36 tahun ini kemudian diduga menularkan virus ke pria lain yang menginap di kamar sebelah hotel, lapor RTHK.

The Washington Post melaporkan bahwa pria kedua, 62 tahun, tiba di Hong Kong dari Kanada.

Baca Juga: Ilmuwan di Afrika Selatan Deteksi Varian Baru Covid-19 yang Berpotensi Jadi Ancaman Besar

Ilustrasi mikroskopis virus corona. Varian baru B.1.1.529 asal Afrika Selatan ditemukan pada dua orang yang dikarantina di Regal Airport Hotel di Hong Kong pada pertengahan November. Pasien berusia 36 diduga menularkan virus ke pria lain yang menginap di kamar sebelah hotel, lapor RTHK. (Sumber: France24)

CHP mengatakan, penyelidikan terbaru ke dalam dua kasus menunjukkan mereka memiliki urutan genetik yang sangat mirip, seraya menambahkan virus yang mereka bawa dipastikan varian B.1.1.529.

"Informasi ilmiah tentang pentingnya kesehatan masyarakat mengenai virus varian ini kurang. Ini diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai 'varian dalam pemantauan'," seperti dilansir RTHK mengutip pernyataan CHP.

Pasien pertama ditemukan mengenakan masker yang dapat digunakan kembali dengan katup udara dan penyelidikan lebih lanjut oleh ahli mikrobiologi Universitas Hong Kong Yuen Kwok-yung menemukan masker itu menjadi salah satu penyebab utama penyebaran virus corona melalui transmisi udara ke orang kedua, lapor RTHK.

Menyusul deteksi dua kasus, 12 orang yang tinggal di tiga kamar dekat kedua pria itu selama 11 hingga 14 November telah dibawa ke Pusat Karantina Penny's Bay untuk menjalani karantina wajib selama 14 hari, lapor surat kabar The Standard. Tidak ada infeksi terkait yang terdeteksi sejauh ini.

Baca Juga: Portugal Berlakukan Kembali Pembatasan Sosial Covid-19, Bersiap Sambut Lonjakan Kasus di Eropa

Seorang warga disuntik vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech di Johannesburg, Afrika Selatan. Varian baru B.1.1.529 asal Afrika Selatan ditemukan pada dua orang yang dikarantina di Regal Airport Hotel di Hong Kong pada pertengahan November. Pasien berusia 36 diduga menularkan virus ke pria lain yang menginap di kamar sebelah hotel, lapor RTHK. (Sumber: Themba Hadebe/Associated Press)

Varian baru mendorong lonjakan infeksi Covid-19 baru di Afrika Selatan, kata para ilmuwan, Kamis (25/11/2021)

Sejauh ini, 22 kasus positif telah diidentifikasi di Afrika Selatan, menurut Institut Nasional untuk Penyakit Menular Afrika Selatan, New York Times melaporkan.

Kementerian kesehatan Botswana juga mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa empat kasus varian baru terdeteksi pada orang yang semuanya divaksinasi lengkap.

Pihak berwenang Inggris mengatakan, varian baru memiliki protein lonjakan yang secara dramatis berbeda dengan yang ada pada virus corona asli.

"Ini adalah varian paling signifikan yang kami temui hingga saat ini dan penelitian mendesak sedang dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang penularan, tingkat keparahan, dan kerentanannya terhadap vaksin," kata kepala eksekutif Badan Keamanan Kesehatan Inggris Jenny Harries.



Sumber : Kompas TV/Straits Times

BERITA LAINNYA



Close Ads x