Kompas TV brandsight
BrandSight
Konten ini merupakan kerjasama KompasTV dengan Le Minerale

Pilah Pilih Sampah Wujudkan Ekonomi Sirkular

Kompas.tv - 23 November 2021, 17:08 WIB
Konsep ekonomi sirkular. (Sumber: KompasTV)
Penulis : Elva Rini

JAKARTA, KOMPAS.TV – Mengentaskan masalah sampah di Indonesia butuh upaya lebih besar. Tidak cukup dengan gerakan sadar membuang sampah pada tempatnya, dibutuhkan pengetahuan terkait pengelolaan sampah mulai dari rumah.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Februari 2019, merilis bahwa tumpukan sampah nasional di tempat pembuangan akhir (TPA) mencapai sekitar 175.000 ton per hari atau setara 64 juta ton per tahun.

Berdasarkan data tersebut, baru sekitar 10 persen sampah yang didaur ulang, sementara 60 persen menumpuk di TPA dan 30 persen lainnya tidak dikelola sehingga mencemari lingkungan.

Ironisnya, Indonesia masih melakukan impor sampah terpilah untuk kebutuhan industri. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga sebelum diberikan petugas kebersihan.

Artinya, perlu ada perubahan pola pikir dan gaya hidup di masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah lebih baik dan menjaga keberlanjutan. Salah satunya adalah dengan melakukan transformasi ekonomi sirkular.

Menurut Dirjen PSLB3 KLHK, Rosa Vivien Ratnawati, ekonomi sirkular merupakan salah satu dari tiga pendekatan pengelolaan sampah di Indonesia, di samping zero waste dan advance technology.

Baca Juga: Ini Manfaat Air Mineral yang Sangat Dibutuhkan Tubuh!

Ekonomi sirkular dapat didefinisikan sebagai model industri yang menekankan pada daur ulang bernilai ekonomi dengan prinsip recycling (daur ulang). Ekonomi sirkular menjadi jawaban dan menjadi salah satu pendekatan untuk penyelesaian masalah sampah plastik

Ekonomi sirkular adalah lawan dari ekonomi linier yang selama ini dipraktikkan masyarakat. Dalam ekonomi linier, semua produk yang telah digunakan ditujukan untuk dibuang tanpa melihat nilai ekonomi dari barang-barang tersebut.

Kebalikan dengan ekonomi linier, model ekonomi sirkular berfokus untuk meningkatkan nilai ekonomi suatu barang.

Barang yang telah digunakan akan didaur ulang menjadi bahan baku atau produk baru yang bernilai ekonomi dan bermanfaat bagi kebutuhan industri.

Konsep ekonomi sirkular. (Sumber: KompasTV)

Untuk bisa menerapkan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular, masyarakat harus memulai gerakan pilah-pilih sampah mulai dari rumah. Sampah-sampah yang terkumpul di rumah harus dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu organik, non-organik, dan limbah berbahaya.

Sampah organik seperti sisa makanan dan dedaunan dapat terurai dengan sendirinya. Sementara, sampah non organik seperti plastik perlu dipisahkan sesuai kategorinya untuk memudahkan proses daur ulang.

Di antara sampah plastik yang terkumpul, plastik PET atau PETE (polyethylene terephthalate) diketahui memiliki nilai ekonomi paling tinggi dan bisa didaur ulang menjadi barang kebutuhan industri.

Ekonomi sirkular menguntungkan

Di tengah upaya menuju ekonomi yang lebih hijau, daur ulang sampah memiliki prospek bisnis daur ulang berbasis ekonomi sirkular sangat menjanjikan.

Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, kebutuhan bahan baku untuk industri tersebut mencapai 7,2 juta ton per tahun. Kebutuhan ini bisa ditutupi oleh sampah plastik yang menumpuk di TPA. Sayangnya, mayoritas masih dipenuhi dari impor.

Bisnis daur ulang bisa dilakukan dari model yang paling kecil, yaitu dengan melakukan pilah-pilih sampah organik mulai dari rumah untuk dikumpulkan ke pengepul, seperti bank sampah atau pemulung.

Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) pada Februari 2021 mengatakan, selain dapat mengurangi tumpukan sampah di TPA, bisnis daur ulang juga dapat meningkatkan ekonomi pemulung sebagai pengepul kecil.

"Tak hanya menekan sampah plastik, gerakan ini juga dapat mengangkat ekonomi pemulung secara berkesinambungan sehingga ada sinergi antara produsen dan pelaku di bawah, terutama para pemulung yang merupakan pemeran utama dalam mengumpulkan sampah plastik untuk didaur ulang,” kata Ketua IPI, Prispolly Lengkong.

Baca Juga: Gelar Gerakan "Pilah Sampah dari Rumah", Lions Clubs Raih Penghargaan dari ORI

Dibanding jenis plastik lainnya, plastik PET paling banyak didaur ulang. Plastik PET memiliki karakteristik keras dan kuat sehingga baik dijadikan kemasan, memiliki ketahanan yang baik terhadap oksigen dan karbondioksida, jernih, dan mudah didaur ulang.

Sampah plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali sehingga nilainya sangat tinggi untuk dijual kembali ke industri. Satu buah galon PET bisa dihargai hingga Rp 1.500 oleh pengepul dalam keadaan apa pun.

“Seperti botol dan galon PET Le Minerale yang jernih, mudah di daur ulang untuk menjadi barang bermanfaat seperti polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju musim dingin, kancing, dan sebagainya,” kata Ketua Umum ADUPI Christine dalam webinar Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional, dilansir dari Tribunnews, (25/2/2021).

Tidak heran, jika permintaan plastik PET meningkat rata-rata tujuh persen setiap tahunnya.

Manfaat ekonomi sirkular

Pada 25 Januari 2021, Kompas merilis pernyataan mengenai penerapan ekonomi sirkular yang dapat mengurangi volume limbah 18-52 persen dibandingkan skenario dasar atau business as usual pada 2030.

Studi yang bertujuan menganalisis potensi ekonomi sosial dan lingkungan dari ekonomi sirkular di Indonesia juga telah dilakukan Bappenas, bekerja sama dengan pemerintah Denmark dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).

Hasilnya, peran ekonomi sirkular diketahui amat penting untuk meningkatkan ketahanan dan menciptakan manfaat jangka panjang.

Menekankan pada pemanfaatan jangka panjang dan penambahan nilai ekonomi sampah daur ulang, ekonomi sirkular dapat membuka peluang bisnis dan memenuhi kebutuhan bahan baku industri.

Baca Juga: Pilah Sampah untuk Daur Ulang Bernilai Ekonomi

Untuk itu, Le Minerale bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) menggagas Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional.

Gerakan ini bertujuan meningkatkan collection rate dan recycling rate di atas 20 persen melalui pengelolaan sampah plastik PET.

Selain itu, Gerakan ini diharapkan dapat mendorong model bisnis daur ulang yang tidak hanya dapat mengurangi masalah sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat.

Kendati demikian, menyelesaikan masalah sampah tidak bisa sendirian. Le Minerale mendorong kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah, untuk terus menggalakkan konsep ekonomi sirkular untuk keberlanjutan lingkungan.

Dengan gerakan pilah pilih sampah mulai dari rumah, proses daur ulang sampah lebih mudah dilakukan, bahkan bisa dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan.

Yuk, mulai gerakan pilah pilih sampah dari rumah! Pisahkan sampah-sampah sesuai jenisnya, khususnya sampah plastik PET yang mudah didaur ulang.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x