Kompas TV nasional kesehatan

Epidemiolog UGM Sebut Imunitas Kelompok Alamiah Tak Bisa Diandalkan Lawan Galur Baru Virus Corona

Kompas.tv - 21 November 2021, 19:34 WIB
epidemiolog-ugm-sebut-imunitas-kelompok-alamiah-tak-bisa-diandalkan-lawan-galur-baru-virus-corona
Ilustrasi. Imunitas kelompok alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa diandalkan apabila galur atau strain virus Corona yang baru, datang. (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Edy A. Putra

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Kemungkinan besar 80 persen penduduk Indonesia sudah terinfeksi virus Corona varian Delta, dan sudah terbentuk imunitas kelompok secara alami serta memiliki antibodi spesifik untuk galur atau strain virus tertentu.

Penjelasan itu disampaikan oleh Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Citra Indriani seperti dilansir laman resmi UGM, Minggu (21/11/2021).

Citra menyebut, banyaknya penduduk yang mungkin sudah terinfeksi tersebut menyebabkan penurunan secara drastis kasus Covid-19.

Selain itu, percepatan program vaksinasi yang gencar dilakukan pemerintah diharapkan meminimalkan tingkat keparahan apabila terinfeksi kembali.

Baca Juga: Pakar UGM Sebut Belum Ada Bukti bahwa Varian Delta Plus Lebih Ganas daripada Delta

Meski demikian, Citra menyebut bahwa infeksi natural hanya akan membentuk antibodi spesifik untuk galur virus yang menginfeksi.

Sehingga, jika muncul galur baru, imunitas alami yang telah terbentuk mungkin tidak bisa diandalkan.

“Infeksi Covid lebih dari 50% adalah asimtomatis, mungkin 80% penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta. Namun, kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga?”

“Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain. Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru,” kata Citra, Sabtu (20/11)

Citra menambahkan, program vaksinasi yang saat ini telah mencapai 208 juta orang untuk dosis pertama dan 88 juta dosis kedua, berperan untuk mencegah keparahan jika terinfeksi.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x