Kompas TV nasional berita utama

Susi Pudjiastuti Minta Tarif PCR Indonesia Sama dengan India, Rp96 Ribu

Kompas.tv - 26 Oktober 2021, 13:17 WIB
susi-pudjiastuti-minta-tarif-pcr-indonesia-sama-dengan-india-rp96-ribu
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Sumber: Twitter Susi Pudjiastuti)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Bekas Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan  keberatan dengan tarif tes PCR  yang terbilang mahal,  meski Presiden Jokowi meminta diturunkan menjadi Rp300 ribu. Susi menginginkan tarif PCR di Indonesia sama dengan India, yakni Rp96 ribu.

“Harganya tolong samakan dengan India dong Pak! Ini lho (Rp96 ribu),” tulis Susi Pudjiastuti di twitternya, Selasa (26/10/2021).

Sebelumnya, Susi Pudjiastuti juga mendorong Puan Maharani untuk mengambil sikap mewakili suara rakyat untuk harga PCR.

Bagi Susi, syarat penumpang penerbangan pergi di tengah situasi pandemi Covid-19 cukup dengan tes antigen.

“Ayo Mbak Puan… wakili kami masyarakat kalaupun harus PCR harganya yang benar… please please untuk penerbangan antigen cukup,” tulis Susi Pudjiastuti. 

Baca Juga: Protes PCR Rp300 Ribu, Susi Pudjiastuti "Sentil" Puan Maharani untuk Wakili Rakyat

Tidak hanya Susi Pudjiastuti yang menyatakan keberatan dengan kebijakan pemerintah yang mewajibakan penumpang penerbangan untuk tes PCR. Penolakan juga terjadi melalui dua petisi online di platform Change.org.

Lebih dari 40.000 orang meminta agar pemerintah mengganti kebijakan tersebut.

Inisiator petisi pertama, Dewangga Pradityo Putra yang merupakan engineer pesawat menganggap kebijakan tersebut mengakibatkan penerbangan berkurang.

“Saya merasakan sekali dampak pandemi ini di pekerjaan. Penerbangan berkurang, teman saya juga ada yang dirumahkan jadinya,” ujarnya.

“Padahal, sirkulasi udara di pesawat sebenarnya lebih aman karena terfiltrasi HEPA, sehingga udaranya bersirkulasi dengan baik, mencegah adanya penyebaran virus,” tambahnya.

Keberatan juga dikemukakan Herlia Adisasmita, warga Bali, yang bergantung pada pariwisata dan mengharapkan kedatangan dari turis domestik.

“Kami harus bagaimana lagi? Bangkrut sudah, nganggur sudah, kelaparan sudah, bahkan banyak di antara kami yang depresi, rumah tangga berantakan karena faktor ekonomi, atau bahkan bunuh diri,” tuturnya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x