Kompas TV nasional sosok

Dua Menteri Agama Paling Fenomenal Karena Karyanya: H.M Rasjidi dan KH Wahid Hasyim

Kompas.tv - 26 Oktober 2021, 10:49 WIB
dua-menteri-agama-paling-fenomenal-karena-karyanya-h-m-rasjidi-dan-kh-wahid-hasyim
Gedung Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia di Jakarta (Sumber: kemenag.go.id)
Penulis : Iman Firdaus
JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Agama  Yaqut Cholil Qoumas membuat pernyataan yang kemudian menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Dia mengatakan bahwa Kementerian Agama adalah hadiah negara buat Nahdlatul Ulama. Pernyataan ini menimbulkan kritik di tengah masyarakat. Dalam sejarah perjalanan Kementerian Agama, ada dua sosok yang terbilang fenomenal yang dikenang hingga sekarang. Dikenang karena karya-karyanya dalam membangun bangsa dan fondasi Kementerian Agama, yaitu H.M Rasjidi dan KH Wahid Hasyim. H.M. Rasjidi Nama H.M Rasjidi bahkan dijadikan auditorium Kementerian Agama sampai saat ini. Nama lengkapnya Haji Mohammad Rasjidi. Terlahir dengan nama Saridi, di Kotagede, Jogjakarta pada 20 Mei 1915 bertepatan dengan 4 Rajab 1333 H.  Nama Muhammad Rasjidi diberikan oleh Ahmad Syurkati, tokoh Persis (Persatuan Islam). Rasjidi bukanlah berasal dari keluarga Islam taat, justeru dari keluarga abangan yang dekat dengan tradisi kejawen. Karena itu dekat dengan tradisis seperti menaruh kembang di pojok rumah setiap malam Jumat Kliwon. Rasjidi tidak menampik latar belakang keluarganya ini, bahkan dia menceritakannya dengan jujur:

Baca Juga: Presiden Jokowi Diminta Tegur Menteri Agama Karena Pernyataan Kemenag Hanya untuk NU


“Aku ini seorang warga negara Indonesia dari suku Jawa. Keluargaku adalah keluarga yang biasanya disebut “keluarag abangan”, artinya yang beragama Islam tetapi tidak melakukan ibadah sehari-hari…Aku belajar agama Islam..”katanya.

Meski dididik dengan pendidikan umum di sekolah “ongko loro” Rasjidi kecil juga mengaji quran kepada guru agama setempat. Namun, ketidakpuasan dalam pendidikan umum dan agama yang diterima, membuatnya menjadi seseorang yang haus ilmu bahkan terus mengembara mencari mata air pengetahuan.


Tujuh tahun menuntut ilmu di Kairo, dia kembali kempung halamannya pada 1938, menikah dan menjadi guru di Madrasah Ma’had al Islami Kotagede. Aktivitasnya tidak terbatas sebagai guru agama, tapi juga bidang-bidang sosial dan politik. Selain aktif di Islam Studi Club, Rasjidi juga aktif di Muhammadiyah.


Jabatan sebagai menteri agama yang dia emban terbilang singkat, dari 12 Maret sampai 2 Oktober 1946, di era revolusi kemerdekaan. Karena itu, Kementerian Agama disebut "Kementerian Revolusi".  

Waktu itu, Kabinet Sjahrir memang berumur pendek karena tidak pernah dilantik oleh Presiden Soekarno. Tidak heran di masa revolusi ini, para menteri bekerja sendiri-sendiri tanpa ada kejelasan tugas-tugasnya.

 

Namun, Rasjidi berhasil meletakkan fondasi dasar di kementerian agama. Dalam buku "Menteri-Menteri Agama RI, Biografi Sosial Politik", yang ditulis oleh Ayzumardi Azra, Rasjidi memberikan argumen kuat tentang keberadaan kementerian ini. 

Dalam Konperensi Kementerian Agama seluruh Jawa dan Madura yang diselenggarakan di Surakarta, pada 17-18 Maret 1946, Rasjidi menjelaskan bahwa Kementerian Agama selain bertujuan untuk merealisasikan pasal 28 UUD 1945, juga untuk mengakhiri ekses-ekses pemecahbelah ummat beragama akibat penjajahan Belanda dan Pendudukan Jepang.

Baca Juga: Presiden Jokowi Diminta Tegur Menteri Agama Karena Pernyataan Kemenag Hanya untuk NU

KH. Wahid Hasyim

Sementara KH Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Agama pada 20 Desember 1949. Namun ini bukan jabatan pertama di pemerintahan. Sebelumnya, putera dari KH Hasyim Asy'ari ini pernah duduk sebagai Menteri Negara pada Kabinet Soekarno pada 1945 dan Kabinet Sjahrir III pada 1946-1947.

Mantan Menteri Agama (almarhum) Maftuh Basyuni pernah mengatakan dalam acara 100 tahun KH Wahid Hasyim, di Kementerian Agama, "Barangkali tidak akan lahir Pancasila tanpa umat Islam yang dimotivasi Kiai Wahid Hasyim," ujarnya. 

"Dia yang mengusulkan pembentukan Kementerian Agama, meski bukan sebagai Menteri Agama pertama," kata Maftuh Basyuni.

KH Abdul Wahid Hasyim lahir di Jombang, Jawa Timur 1 Juni 1914 bertepatan dengan 6 Rajab 1332 Hijriyah. Ia meninggal di Cimahi, Jawa Barat, pada 19 April 1953 di usia 39 tahun, dan dimakamkan di Tebuireng, Jombang. 


Dalam buku "Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasyim"  (terbitan Mizan, 2011) H Aboebakar mencatat, salah satu jasa besar KH Wahid Hasyim di Kementerian Agama adalah mengadakan Konferensi Besar di Yogyakarta. 

Kegiatan yang berlangsung pada 14-18 April 1950 itu dilakukan Kiai Wahid Hasyim untuk mempersatukan kembali Kementerian, Departemen, dan Jawatan-Jawatan Agama, serta Negara-Negara Bagian yang didirikan oleh Belanda di seluruh daerah di Indonesia. 

Fondasi penting dari sosok KH Wahid Hasyim adalah melakukan restrukturisasi di Kementerian Agama. Sebagai langkah pertama, dia menentukan lokasi kementerian di Jakarta karena memang belum punya gedung.

Dalam masa awal itu, dia selalu berkoordinasi dengan Kementerian Agama di Yogyakarta (Ketika Republik Indonesia Serikat). Akhirnya lewat Surat Keputusan No.A.II/2/2175 tanggal 7 Juni 1950 yang ditandatangani Wahid Hasyim dan Faqih Usman, dicapai kesepakatan untuk menyatukan kedua kementerian ini.    

Dengan penyatuan dua kementerian ini, Wahid Hasyim mulai melakukan restrukturisasi baik struktur organisasia maupun lapangan pekerjaan. Sehingga semua kebijakan bisa diambil dengan koordinasi.


 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x