Kompas TV internasional kompas dunia

Peraih Nobel Perdamaian Maria Ressa Akui Ditawari Masuk Politik: Saya Tak Tertarik

Kompas.tv - 14 Oktober 2021, 12:36 WIB
peraih-nobel-perdamaian-maria-ressa-akui-ditawari-masuk-politik-saya-tak-tertarik
Maria Ressa peraih Nobel Perdamaian dari Filipina yang enggan masuk dunia politik. (Sumber: AP Photo/Aaron Favila)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Peraih penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini yang juga seorang jurnalis asal Filipina, Maria Ressa mengaku dirinya ditawari masuk dunia politik.

Namun, perempuan berusia 58 tahun itu menegaskan dirinya tak tertarik untuk terjun ke dunia politik di Filipina.

Hal itu diungkapkan pendiri media ternama Filipina, Rappler tersebut, dalam sesi tanya-jawab via daring dengan para jurnalis senior dimoderatori oleh Pemred IDN Times Uni Lubis, Kamis (14/10/2021).

“Tidak (masuk ke dunia politik). Tetapi saya memang sudah ditawari untuk melakukannya,” katanya.

Baca Juga: Maria Ressa Raih Nobel Perdamaian karena Sorot Dosa Rezim Duterte, Pemerintah Filipina Beri Selamat

Maria pun mengungkapkan pandangannya terkait dunia politik, yang membuatnya enggan terjun di sana.

“Politik adalah dunia yang gila, dan saya hanyalah satu dari sekian banyak, serta tak memiliki gairah untuk itu,” tuturnya.

Ia pun menegaskan hasratnya adalah sebagai jurnalis, apalagi menurutnya masa-masa sekarang sangat menarik bagi para pewarta.

“Karena menjadi jurnalis adalah kutukan tetapi juga sebagai berkah,” ucapnya.

Baca Juga: Taliban Berkuasa, Rabbi Yahudi Evakuasi 4 Anak Afghanistan agar Bisa Bersatu dengan Ibunya

“Sebuah kutukan ketika Anda diserang, dan berkah karena Anda tahu benar bagaimana akan diserang, dan saat ini adalah waktu yang menarik dan menginspirasi. Saya pikir Nobel akan membantu menyinarinya, khususnya bagi para jurnalis di seluruh dunia,” ucapnya.

Maria menjadi peraih Nobel Perdamaian bersama seorang jurnalis Rusia, Dmitry Muratov.

Maria menggunakan Rappler untuk melontarkan kritikan dan melawan tindakan represif yang dilakukan pemerintahan Filipina atas kebebasan pers.

Sebelum mendirikan Rappler, Maria merupakan Kepala Biro CNN di Manila, dan sempat memimpin Biro CNN di Jakarta, Indonesia selama 10 tahun



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x