Kompas TV nasional peristiwa

Korban Penganiayaan Preman Ditendang Perutnya Dua Kali, Padahal Ada Bekas Operasi Sesar

Kompas.tv - 12 Oktober 2021, 16:14 WIB
korban-penganiayaan-preman-ditendang-perutnya-dua-kali-padahal-ada-bekas-operasi-sesar
Ilustrasi: Korban penganiayaan preman di Pasar Gambir, Deli Serdang, Sumatera Utara, mengaku perutnya ditendang dua kali, meskipun sudah memberitahu ada bekas operasi sesar di sana. (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Nurul Fitriana | Editor : Purwanto

MEDAN, KOMPAS.TV - Korban penganiayaan preman di Pasar Gambir, Deli Serdang, Sumatera Utara, mengaku perutnya ditendang dua kali, meskipun sudah memberitahu ada bekas operasi sesar di sana.

"Bang janganlah kau sama perempuan. Karena aku ini operasi besar waktu aku melahirkan anakku tiga orang. Dua kali kau tendang perutku ini," kata Gea kepada Kompas TV, dikutip Selasa (12/10/2021).

Usai Gea menyampaikan peringatan soal kondisi perut, si preman justru meminta suaminya untuk turun menggantikan. Namun hal itu ditolak, Gea justru meminta suaminya pergi mengantar becak yang dipakai untuk belanja ke rumah.

Saat suami Gea pergi, kekerasan kembali dihadapinya. Bahkan, tidak hanya ditendang, Gea juga mengaku sempat dipukul.

Bahkan, anak perempuannya yang berusia 13 tahun tidak luput dari amukan preman itu.

Ada satu momen saat penganiayaan yang Gea merasa tidak kuasa membayangkan kembali.

Gea merasa tidak sanggup mengingat kejadian saat kepalanya dan kepala anaknya yang berusia 13 tahun, dibenturkan.

Baca Juga: Suami Korban Penganiayaan Preman Ungkap Kejanggalan Mulai dari sebelum hingga setelah Lapor Polsek

"Diambil kepalaku dan anakku lalu diadukan. Di situ ngeri kali kalau kuingat itu. Gak sanggup di diri kami," tutur Gea dengan terisak.

Akibat kejadian penganiayaan itu, Gea mengaku sempat diopname satu hari dan satu malam di rumah sakit lantaran didiagnosis mengalami luka dalam karena tendangan pada perut bekas operasi sesarnya.

Ironisnya, dari kejadian tersebut ia justru ditetapkan sebagai tersangka pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

Gea melihat banyak kejanggalan dan merasa tidak mendapat keadilan. Menurut penuturan Gea, dirinya sempat mendapat tekanan saat diajak damai di rumah pribadinya oleh seorang TNI/Polri yang mengaku kerabat si preman.

Tidak berhenti di situ, Gea juga mendapat tekanan dari seorang aparat sewaktu ia melaporkan kejadian yang menimpanya kepada Polsek Percut Sei Tuan.

Adapun kejanggalan yang dirasakannya, mulai dari suami beserta keluarga laki-lakinya yang tidak diperbolehkan masuk ke kantor polisi dengan dalih Covid-19.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x