YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Teknologi hulu ledak nuklir baru berusia 76 tahun di dunia, seumuran dengan Negara Indonesia. Namun, telah ada lebih dari 2.000 ledakan nuklir di berbagai penjuru dunia.
Teknologi pemusnah massal ini berawal dari perkembangan ilmu pengetahuan pada 1919, ketika ilmuwan Selandia Baru, Ernest Rutherford, berhasil membuat transmutasi elemen artifisial pertama, mengganti sejumlah atom nitrogen menjadi oksigen.
Penemuan tersebut kemudian dikembangkan dan diadopsi oleh militer Amerika Serikat (AS) pada Perang Dunia Kedua. AS kemudian menciptakan bom atom yang diujicobakan pada 16 Juli 1945 di Alamogordo, New Mexico.
Uji coba ledakan dengan nama kode “Trinity” tersebut berhasil. AS kemudian mengebom kota Hiroshima dan Nagasaki dengan bom “Little Boy” dan “Fat Man”.
Dua ledakan ini merenggut korban hingga setidaknya seratus ribu jiwa.
Baca Juga: Kim Jong-Un Disebut sebagai Hitler Masa Kini yang Terobsesi Senjata Nuklir
Kengerian bom atom AS memaksa Jepang menyerah, sekaligus mengakhiri Perang Dunia Kedua.
Setelah itu, Uni Soviet ikut mengembangkan senjata nuklir untuk menyaingi AS.
Persaingan senjata nuklir antara dua negara adidaya pun tak terelakkan, menandai dimulainya era Perang Dingin.
Uni Soviet melakukan uji coba nuklir pertama pada 29 Agustus 1949. Pada 1949-1951, Soviet meledakkan tiga bom nuklir dengan total kekuatan mencapai 102 kiloton.
Pada 1961, Soviet menguji coba bom nuklir terkuat yang pernah diledakkan, Tsar Bomba. Bom ini diledakkan di dekat Pulau Novala Zemlya di Samudra Arktik.
Ledakan Tsar Bomba menciptakan awan jamur setinggi 64 kilometer dan gelombang kejutnya dilaporkan mencapai 7.000 kilometer.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.