Kompas TV regional budaya

Festival Anak Bajang, Hadirkan Harapan dengan Solidaritas dan Kejenakaan

Kompas.tv - 27 September 2021, 09:06 WIB
festival-anak-bajang-hadirkan-harapan-dengan-solidaritas-dan-kejenakaan
Warga dengan topeng Jakob Oetama menghadiri pembukaan pameran foto Jejak Langkah Jakob Oetama di Galeri Yakopan Omah Petroek, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (18/10/2020). Galeri Yakopan berada di wilayah Penyarikan yang merupakan bagian dari kompleks Musuem Anak Bajang. (Sumber: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)
Penulis : Dian Nita | Editor : Purwanto

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Museum Anak Bajang menggelar acara Festival Anak Bajang secara hybrid (online dan offline terbatas) di Omah Petroek, Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman
hari ini, Senin (27/9/2021).

Festival ini terdiri dari enam rangkaian acara yakni diawali dengan peresmian Museum Anak Bajang oleh Direktur Jendral Kebudayaan Kemendikbudristek, perayaan 40 tahun Anak Bajang Menggiring Angin, ditandai dengan peluncuran edisi cetak-ulang.

Selanjutnya peluncuran cerita bersambung Anak Bajang Mengayun Bulan, pameran lukisan Sukrosono oleh Susilo Budi, pentas tari oleh sanggar tari Bambang Paningron , dan pementasan wayang Sumantri Ngenger oleh Ki Purwoko.

Festival Anak Bajang dihadirkan dengan tujuan sebagai harapan bagi porak-
porandanya infrastruktur sosial, kesehatan dan ekonomi akibat pandemi.

Selain itu, ambruknya sistem kekebalan tubuh manusia karena virus corona, justru 
menantang sistem kekebalan yang lebih kuat. 

Festival Anak Bajang menegaskan bahwa di balik bencana pandemi, ada simpul-simpul baru kehidupan. Ada solidaritas dan kejenakaan yang tumbuh sebagai kunci untuk keluar dari semua persoalan.

Baca Juga: Wayang Kreasul Buatan Sapto Raharjo Hiasi Panggung Konser Yogyakarta Gamelan Festival ke-26

Anak Bajang Representasi Dunia Saat Ini

“Anak Bajang” merupakan sosok pewayangan yang menjadi tokoh dalam novel Anak Bajang Menggiring Angin (1981) karya Sindhunata.

Panitia Festival Anak Bajang menemukan bahwa "Anak Bajang" sangat tepat disebut sebagai representasi buruk-rupanya dunia saat ini. 

Dunia yang diserang pandemi, tetapi sekaligus dunia yang penuh harapan akan solidaritas menuju keceriaan baru. 

"Anak Bajang" adalah gambaran dunia yang buruk rupa, tetapi penuh harapan. Meskipun
disingkirkan dan diabaikan karena buruk rupanya, Anak Bajang menghadirkan keceriaan di tengah situasi putus asa. Anak Bajang selalu berikhtiar mencapai kesempurnaan.

"Pandemi COVID-19 telah menampakkan wajah dunia yang buruk-rupa itu. Namun di tengah serba buruknya dunia akibat pandemi, berkembang harapan. Harapan akan kesembuhan dan kesehatan; harapan akan solidaritas untuk kehidupan yang lebih baik. Festival Anak Bajang mau mengusung pengharapan itu," ujar pihak Panitia Festival Anak Bajang melalui keterangan tertulisnya, Senin (27/9/2021).

Baca Juga: Ramai-Ramai Perupa Yogyakarta Bakal Melukis On The Spot dalam Vaksinasi Bhinneka Tunggal Ika

Seniman dan Pekerja Budaya di Era Pandemi

Diantara mereka yang terdampak pandemi Covid-19, salah satu yang paling terasa adalah para seniman dan pekerja budaya. 

"Festival Anak Bajang membuka kembali harapan akan ruang ekspresi bagi para seniman dan pekerja budaya meskipun masih sangat terbatas akibat pemberlakuan pembatasan kesehatan masyarakat akibat pandemi Covid-19,” kata Kepala Museum Anak Bajang Rhoma Dwi Aria Yuliantri, fikutip dari Kompas.id, Jumat (24/9/2021)

Festival ini juga mengajak semua pihak terlebih pekerja media untuk tetap tangguh dalam menyebarkan optimisme yang menjadi harapan bagi masyarakat.

Festival ini merupakan langkah awal Museum Anak Bajang dalam mendukung program Merdeka Belajar yang dicanangkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x