Kompas TV internasional kompas dunia

Organisasi-Organisasi Muslim Serukan Boikot terhadap Hilton terkait Rencana Bangun Hotel di Xinjiang

Kompas.tv - 17 September 2021, 12:36 WIB
organisasi-organisasi-muslim-serukan-boikot-terhadap-hilton-terkait-rencana-bangun-hotel-di-xinjiang
Council on American-Islamic Relations (CAIR) menggelar konferensi pers di depan The Capital Hilton, Washington, AS, Kamis (16/9/2021). (Sumber: CAIR)
Penulis : Edy A. Putra | Editor : Gading Persada

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Lebih dari 40 organisasi Muslim menyerukan boikot global terhadap Hilton terkait rencana pembangunan hotel di Xinjiang oleh jaringan hotel tersebut.

Seruan tersebut muncul menyusul laporan media Inggris, The Telegraph, yang menyebutkan pembangunan hotel itu berlokasi di sebuah bekas masjid yang dirobohkan oleh pemerintah China pada 2018 lalu.

“Melakukan bisnis di lokasi di mana sedang terjadi genosida dan pada dasarnya turut terlibat dalam genosida, tidak dapat diterima,” ujar Edward Ahmed Mitchell, deputi direktur Council on American-Islamic Relations (CAIR), kepada The Telegraph

CAIR menggelar konferensi pers di depan The Capital Hilton, Washington, Amerika Serikat, pada Kamis (16/9/2021) waktu setempat.

CAIR merupakan organisasi hak-hak sipil dan advokasi muslim di AS yang memimpin seruan boikot tersebut.

Baca Juga: Ungkit Pembuatan Film The Kite Runner, Xinjiang Sindir AS soal Kondisi Afghanistan

“Hilton adalah simbol dari permasalahan yang lebih luas yaitu keterlibatan korporasi dalam pelanggaran hak asasi manusia oleh China,” ujar Mitchell.

Jika proyek ini berlanjut, hal tersebut “menyampaikan pesan kepada pemerintah China bahwa mereka dapat bertindak tanpa hukuman dan semua orang akan menjadi terlalu takut untuk melakukan apapun.”

Menurut Al Jazeera, lokasi pembangunan hotel tersebut dulunya adalah sebuah masjid dan berada di prefektur Hotan.

Hilton berencana membangun hotel yang bernama Hampton Inn di lokasi tersebut.

Pemerintah Inggris dan AS telah menyatakan bahwa genosida sedang terjadi di Xinjiang, di mana dilaporkan sekitar 2 juta orang ditahan di kamp-kamp 're-edukasi'.



Sumber : Kompas TV/The Telegraph/Al Jazeera

BERITA LAINNYA



Close Ads x