Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Kalimantan Barat Antisipasi Risiko La Nina pada Produksi Pangan

Kompas.tv - 31 Agustus 2021, 14:21 WIB
kalimantan-barat-antisipasi-risiko-la-nina-pada-produksi-pangan
Ilustrasi cuaca ekstrem akibat kondisi iklim La Nina. (Sumber: The Straits Times)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

PONTIANAK, KOMPAS.TV –  BMKG memperkirakan La Nina akan terjadi pada akhir tahun 2021 dan melewati sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura mulai menyiapkan antisipasi risiko La Nina terhadap produksi pangan dan hortikultura.

Untuk diketahui, La Nina merupakan perubahan iklim yang akan lebih dingin dan akan terjadi curah hujan cukup tinggi di daerah terdampak atau yang akan dilintasi oleh La Nina.

Sehingga, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Florentinus Anum mengatakan, agar tidak berdampak terhadap pertanaman maka upaya-upaya operasional lapangan dilakukan untuk bisa mempertahankan bahkan bisa meningkatkan produksi komoditas pangan dan hortikultura.

Adapun persiapan dan strategi antisipasi terhadap dampak La Nina yang dilakukan pihaknya yaitu, pertama, berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memetakan seluruh wilayah yang rawan banjir.

Kedua,  memantau dan evaluasi kondisi iklim, baik itu melalui kerja sama dengan BMKG, Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus (SMPK) maupun dari hasil pengamatan Automatic Weather Station (AWS) yang kemudian dipadukan dengan analisis peramalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

“Kami juga membentuk gerakan brigade yang terdiri dari brigade La Nina, seperti satuan tugas OPT serta Dampak Perubahan Iklim (DPI), brigade alat mesin pertanian (alsintan) dan tanam, serta brigade panen dan serap gabah,” jelasnya, Selasa (31/8/2021), dikutip dari Antara.

Baca Juga: Muncul Potensi La Nina pada Akhir 2021, BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem!

Ketiga, terdapat langkah identifikasi daerah-daerah yang rawan bencana banjir untuk segera menyiapkan pompanisasi, perbaikan pintu-pintu air dan jaringan irigasi yang baik di lahan tersebut.

Keempat, mendorong penggunaan benih tahan genangan dan mensosialisasikan program AUTP serta bantuan benih gratis jika terjadi kegagalan panen. 

Kemudian yang kelima, mendorong percepatan pertanaman sehingga pada  saat fase La Nina  pertanaman komoditi padi sudah berumur 3 bulan. Kondisi tersebut  pertanaman sudah tahan terhadap  genangan air yang cukup tinggi.

“Penting juga mendorong petani  untuk mengasuransikan usaha tani. Sehingga  bila terjadi puso akan mendapatkan penggantian kerugian,” terang Florentinus Anum.

Menurutnya bahwa adanya fenomena La Nina tentunya sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Berdasarkan laporan yang masuk sementara ini, baik itu dari masyarakat secara langsung maupun dari petugas pengendali organisme tumbuhan (POPT) di lapangan, luasan areal sawah di Kalbar yang terkena banjir saat ini saja seluas 249 hektare.

Sementara untuk komoditi hortikultura masih aman karena beberapa lokasi yang kemarin terkena banjir sekarang kondisinya sudah surut.

“Sampai saat ini petugas POPT di lapangan masih mendata terus lokasi-lokasi mana yang terkena dampak perubahan iklim ini dikarenakan luasnya wilayah Kalbar ini disamping bulan-bulan ini baru dimulainya musim panen di Kalbar,” kata dia.

Baca Juga: Jokowi Optimistis Sektor Pertanian Makin Tumbuh pada Kuartal III 2021

 



Sumber : Kompas TV/Antara

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.