Kompas TV nasional peristiwa

Pandangan Dua Pejabat Soal Kritik: Sebagai Vitamin Tapi Harus Beradab

Kompas.tv - 19 Agustus 2021, 08:29 WIB
pandangan-dua-pejabat-soal-kritik-sebagai-vitamin-tapi-harus-beradab
Penghapusan mural Jokowi 404: Not Found (Sumber: Twitter/Bastiyaris)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Aksi mural yang dihapus aparat beberapa hari terakhir memunculkan sikap pro dan kontra. Sebagian beranggapan pemerintah antikritik karena menghapus mural yang merupakan ekspresi masyarakat.

Namun, pemerintah yang diwakili para pejabat memberikan pembelaan. Menkopolhukam Mahfud MD dalam cuitannya menyebutkan bahwa kritik itu vitamin. "Saya setuju kritik itu vitamin. Orng hrs diberi kebebasan utk mengritik. Meski begitu kritik itu bukan hrs ditelan mentah2. Ia hrs didengar tapi bisa dijawab, apalagi kalau referensi isu dan dalil dasarnya salah," cuit Mahfud, Rabu (18/8/2021).  
  

Sementara Kepala Staf Presiden Moeldoko meminta masyarakat yang mengeritik untuk tahu aturan dan beradab. Karena Presiden juga tidak pusing dengan kritik.

"Sebenarnya dari awal Presiden selalu mengatakan dan ini lebih bersikap edukatif ya. Presiden sangat terbuka dan enggak pernah pusing dengan kritik itu," kata Moeldoko di kantornya, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (18/8/2021).

Baca Juga: Mural Dihapus Selebaran Kritik Pun Diusut, Seniman: Sama Seperti Orde Baru


"Tetapi beliau (Jokowi) menyisipkan sebuah kalimat yang indah, 'Kita orang timur memiliki adab'. Jadi kalau mau mengkritik ya sesuatu yang beradab, tata krama ukuran-ukuran culture kita itu supaya dikedepankan, bukan hanya selalu berpikir antikritik. Cobalah lihat cara-cara mengkritiknya itu, berikutnya kadang-kadang kita mudah sekali untuk menjustifikasi, menyamakan antarkritik dengan fitnah. Ini sering terjadi kita," tambahnya.

Moeldoko menambahkan karena apa pun Presiden adalah orang tua yang perlu sekali lagi dan sangat perlu untuk dihormati.

"Jangan sembarangan menyatakan sesuatu dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk gambar," tutup Moeldoko.

Seniman lukis Yayak Yatmaka, dalam acara "Satu Meja The Forum" di KOMPAS TV menyatakan bahwa kondisi saat ini sama dengan Orde Baru. Sebab, seni mural saja sampai harus dihapus bahkan pelukisnya harus dikejar.

Baca Juga: Reaksi Istana Soal Mural Mirip Jokowi, Moeldoko: Presiden Nggak Pernah Pusing dengan Kritik

Yayak yang juga pernah dikejar di masa Orde Baru karena lukisan-lukisannya,  mempertanyakan, mengapa pelukis mural sampai harus diburu? "Kalau sudah ketemu mau diapakan?" tanyanya. 

Menurutnya, dengan menghapus dan mengejar pelukis mural bahkan bisa membuat banyak orang melukis hal sejenis. "Nanti orang-orang akan menulis di tembok: bubarkan polisi, bubarkan satpol PP," jelasnya.

Menurut lelaki yang pernah bermukim di Jerman ini, mural-mural yang dipermasalahkan itu sangat bagus jadi tidak usah dihapus. "Kalau ada gambar (mural), jangan dihapus jangan asal ngecat. Ajak kerjasama, ajak ngegambar bareng," katanya.   



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x