Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Kurangi Ketergantungan Pada Dolar AS, Indonesia Perluas Penggunaan Mata Uang Lokal untuk Perdagangan

Kompas.tv - 12 Agustus 2021, 09:56 WIB
kurangi-ketergantungan-pada-dolar-as-indonesia-perluas-penggunaan-mata-uang-lokal-untuk-perdagangan
Ilustrasi: Mata uang lokal. Bank Indonesia (BI) tengah berupaya memperluas penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan dan investasi antar negara. (Sumber: freepik.com/xb100 )
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV – Indonesia tengah berupaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Untuk itu, Bank Indonesia (BI) tengah berupaya memperluas penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan dan investasi antar negara.

Setelah sebelumnya menjalin kerjasama penggunaan mata uang lokal  atau local currency settlement (LCS) dengan beberapa negara seperti China dan Malaysia, BI kembali menjajaki kerjasama serupa dengan negara lainnya.  

Direktur Eksekutif  Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat mengatakan  hingga kini ada tiga negara yang akan diajak kerjasama LCS, yakni Filipina, Korea Selatan dan India.

Bahkan, BI sudah melakukan nota kesepahaman dengan Filipina. Sedangkan untuk Korea Selatan dan India masih tahap penjajakan. "Ketiga negara ini memiliki semangat yang sama dengan Indonesia," ujar Donny, Senin (9/8/2021), dilansir dari Kontan.co.id.

Donny menjelaskan, salah satu pertimbangan Indonesia ingin mengajak kerja sama ke negara tersebut lantaran adanya hubungan dagang yang cukup kuat.

Apalagi India dan Korea Selatan yang masuk dalam 10 besar negara tujuan ekspor Indonesia serta masuk 10 besar pangsa impor non migas Indonesia sampai sekarang.

Baca Juga: Perkuat Penggunaan Mata Uang Lokal, BI dan Bank Negara Malaysia Lakukan Kerja Sama

Saat ini, BI sudah menjalin kerja sama LCS dengan Jepang, Malaysia, Thailand, dan China. Menurut Donny, secara umum perkembangan transaksi LCS berbuah manis.

Untuk perkembangan LCS dengan Malaysia, tercatat rata-rata transaksi ekuivalen 22,5 juta dolar AS per bulan pada tahun 2018. Pertengahan 2021, transaksi LCS dengan Malaysia ekuivalen  47,7 juta dolar AS per bulan.

LCS dengan Jepang, tahun pertama implementasi, tercatat ekuivalen 9,8 juta dolar AS. Hingga pertengahan tahun 2021, sudah ekuivalen 87,1 juta dolar AS per bulan.

Sementara dengan Thailand, kesepakatan kerja sama LCS pada 2019 ekuivalen  13,7 juta dolar AS.  Namun, di 2020 karena pandemi, transaksi LCS turun jadi ekuivalen 12,1 juta dolar AS per bulan.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan penerapan LCS bisa membuat transaksi dagang bisa lebih efisien dan bisa mengurangi volalitas kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Baca Juga: Bank Indonesia Revisi ke Bawah Kali Kedua Target Pertumbuhan Kredit Bank Tahun Ini

 

 



Sumber : Kompas TV/Kontan.co.id

BERITA LAINNYA



Close Ads x