Kompas TV internasional kompas dunia

Covid-19 Belum Usai, Kini Ada Wabah Jamur Superbug

Kompas.tv - 24 Juli 2021, 04:05 WIB
covid-19-belum-usai-kini-ada-wabah-jamur-superbug
Foto dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) ini menunjukkan jamur Candida auris atau dijuluki 'superbug' dalam sebuah cawan. CDC menyatakan pada Kamis (22/7/2021), mereka memiliki bukti penyebaran jamur yang belum dapat diobati ini di sebuah panti jompo di Washington dan dua rumah sakit di Dallas, AS. (Sumber: Shawn Lockhart/CDC via AP)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

NEW YORK, KOMPAS.TV – Pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) menyatakan pada Kamis (22/7/2021) bahwa mereka memiliki bukti penyebaran jamur yang belum memiliki obat penawar di dua rumah sakit dan sebuah panti jompo.

Melansir Associated Press pada Jumat (23/7/2021), wabah “superbug” ini dilaporkan di sebuah panti jompo di Washington DC dan dua rumah sakit di Dallas. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan adanya segelintir pasien yang mengalami infeksi jamur invasif yang kebal terhadap ketiga kelas obat utama.

“Ini benar-benar pertama kalinya kami melihat pengelompokan resistensi, dan pasien tampaknya tertular dari sesamanya,” ujar Dr Meghan Lyman dari CDC.

Baca Juga: Kasus Infeksi Jamur Hitam nan Mematikan pada Pasien Covid di India Kini Terdeteksi di Afghanistan

Jamur itu, Candida auris, merupakan bentuk ragi berbahaya yang dianggap mengancam para pasien di rumah sakit dan panti jompo yang memiliki masalah kesehatan serius. Infeksi jamur itu berubah mematikan saat memasuki aliran darah, jantung atau otak.

Wabah di fasilitas kesehatan itu dipicu oleh penyebaran jamur melalui kontak antar pasien atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

Selama bertahun-tahun, pejabat kesehatan telah memperingatkan akan jamur ‘superbug’ ini setelah melihat sejumlah kasus infeksi, dan obat-obatan yang digunakan hanya memiliki efek kecil.

Pada tahun 2019, sejumlah dokter mendiagnosa tiga kasus infeksi jamur di New York yang juga kebal terhadap kelas obat yang disebut echinocandin. Obat-obatan anti jamur echinocandin dianggap sebagai garis pertahanan terakhir terhadap infeksi jamur.

Dalam sejumlah kasus itu, tak ada bukti yang menunjukkan penularan menyebar dari pasien ke pasien. Para ilmuwan menyimpulkan, kekebalan terhadap obat-obatan itu terbentuk selama perawatan.

CDC menyimpulkan, sejumlah kasus tersebut telah menyebar.

Baca Juga: Setelah Jamur Hitam, India Temukan Infeksi Jamur Aspergillosis pada Pasien Covid-19 yang Baru Sembuh

Di Washington, dilaporkan adanya klaster 101 kasus jamur Candida auris di sebuah panti jompo yang didedikasikan untuk merawat para pasien berpenyakit parah. Kasus-kasus tersebut termasuk tiga pasien yang kebal terhadap tiga kelas obat anti jamur.

Sebuah klaster yang terdiri dari 22 kasus di dua rumah sakit di area Dallas juga termasuk dua pasien yang memiliki resistensi serupa. Namun, fasilitas kesehatan dengan kasus jamur berbahaya itu tidak diidentifikasi.

Sejumlah kasus tersebut dilaporkan terdeteksi dari Januari hingga April. Dari 5 orang pasien yang dilaporkan kebal terhadap pemberian obat-obatan selama perawatan, 3 di antaranya meninggal dunia. Ketiga pasien tersebut yakni dua orang di Texas, dan seorang di Washington.

Menurut Lyman, kasus jamur yang terjadi di Texas dan Dallas merupakan wabah yang tengah berlangsung. Sejumlah kasus penularan tambahan juga diidentifikasi sejak April, namun tak dilaporkan berapa jumlah pastinya.

Baca Juga: Sebagian Pasien Covid-19 Terinfeksi Jamur Hitam di India Alami Rusak Mata, Ada yang Sampai Permanen

Para penyelidik yang menelisik laporan medis, menemukan tak ada bukti penggunaan obat-obatan anti jamur di antara para pasien di kedua klaster itu. Sejumlah pejabat kesehatan menyimpulkan, ini berarti bahwa penularan jamur itu menyebar dari orang ke orang.



Sumber : Associated Press

BERITA LAINNYA



Close Ads x