Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Pusat Perbelanjaan Alami Potensi Kehilangan Pendapatan Hingga Rp 5 Triliun saat PPKM Darurat

Kompas.tv - 23 Juli 2021, 08:54 WIB
pusat-perbelanjaan-alami-potensi-kehilangan-pendapatan-hingga-rp-5-triliun-saat-ppkm-darurat
Ilustrasi pusat perbelanjaan (mal) (Sumber: kontan.co.id)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pendapatan pusat belanja (mal) selama ini bersumber dari tarif sewa dan biaya layanan (service charge) terhadap penyewa (ritel). Sementara, selama PPKM darurat, potensi kehilangan pendapatan pusat perbelanjaan akibat peritel tidak membayar sewa mencapai Rp 5 triliun per bulan untuk 350 pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia.

Untuk di Jawa dan Bali, potensi kehilangan pendapatan untuk pusat perbelanjaan sekitar Rp 3,5 triliun per bulan karena yang paling terdampak PPKM darurat

Hal itu dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja.  

Di masa pandemi tahun lalu, lanjutnya, pengembang pusat perbelanjaan masih mampu bertahan dengan sisa dana cadangan, meskipun ada beberapa pusat belanja skala kecil tutup. Namun, pandemi yang berkepanjangan hingga tahun 2021 membuat sebagian besar pengembang hampir tidak lagi memiliki dana cadangan.

”Kami meminta bantuan pemerintah untuk pelaku usaha karena tidak punya kemampuan bertahan. Kondisi saat ini sudah sangat berat sekali,” ungkapnya dalam pertemuan dengan media secara daring, Jumat (22/7/2021).

Baca Juga: Sekitar 200 Swalayan Tutup di Tahun 2021, Pelaku Usaha Ritel & Mal Harapkan Ada Stimulus

Di samping itu, Ia menyoroti kebijakan pemerintah yang cenderung terlambat untuk menolong pusat perbelanjaan. Hal itu seperti pada penghapusan ketentuan minimum listrik bagi mal yang tutup, baru diberlakukan pada Oktober 2020, ketika mal sudah boleh kembali dibuka.

Akibatnya, kebijakan itu menjadi tidak efektif dan ditambah biaya-biaya lain tetap dikenakan tanpa keringanan, seperti listrik, gas, dan pajak reklame.

Hal serupa diungkapkan oleh Corporate Communication Director & Corporate Secretary di PT Matahari Putra Prima, Danny Kojongian yang menerangkan bahwa grup ritel hipermarket dan pasar swalayan terimbas pandemi Covid-19.

Kunjungan pelanggan ke toko sangat menurun. Imbas terhadap pasar ritel modern dikhawatirkan menimbulkan efek bola salju jika tidak diperhatikan pemerintah.

Di sisi lain, upaya untuk bertahan telah dilakukan dengan mengadopsi metode belanja secara daring. Cara itu untuk mengakomodasi kebutuhan belanja pelanggan secara nyaman tanpa harus keluar rumah. Namun, kontribusi belanja daring belum signifikan menopang pasar.

”Kami terus upayakan bisnis tetap bergulir karena padat karya, banyak karyawan dan mitra bisnis UMKM. Ini tidak mudah,” ujarnya.

Baca Juga: Akses ke Kawasan Malioboro Yogyakarta Dibuka Bertahap, Tapi Bukan untuk Wisatawan

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.