Kompas TV feature tips, trik, dan tutorial

Tekanan Kerja saat WFH Bisa Picu Burnout Syndrom, Apa itu dan Bagaimana Mengatasinya?

Kompas.tv - 16 Juli 2021, 18:10 WIB
tekanan-kerja-saat-wfh-bisa-picu-burnout-syndrom-apa-itu-dan-bagaimana-mengatasinya
Ilustrasi ruang kerja dengan beberapa tanaman di sekitarnya cocok untuk dijadikan lokasi saat melakukan work from home atau WFH (Sumber: SHUTTERSTOCK/PHOTOGRAPHEE.EU)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pandemi Covid-19 memaksa sebagian besar pegawai untuk melakukan pekerjaan dari rumah atau work from home (WFH).

Namun, WFH terlalu lama ternyata dapat memicu burnout syndrom.

Istilah burnout mengacu pada seseorang yang merasa “tidak cukup”.

Kondisi ini muncul akibat ekspektasi bahwa apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Sedikit berbeda dengan kondisi stres dimana merupakan hasil dari banyaknya tekanan yang menuntut Anda, baik fisik maupun mental.

Mereka yang mengalami stres masih bisa membayangkan saat keadaan berhasil diatasi, dirinya akan baik-baik saja. 

Namun, seseorang yang burnout syndrom juga mengalami rasa lelah dan stres karena seseorang merasakan beban kerja yang semakin bertambah.

Seringkali, karyawan harus mengerahkan tenaga dan pikirannya berkali-kali lipat untuk mempertahankan perusahaan.

Pekerja  yang mengalami burnout syndrom umumnya ditandai dengan gejala kelelahan fisik dan emosional.

Dengan demikian, jika dibiarkan terus menerus bisa mengganggu pekerjaan sampai seseorang mengalami rasa putus asa, mudah marah, dan hilang semangat, kondisi ini bisa berakhir depresi.

Mental yang terganggu dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik sehingga Anda jadi lebih rentan terkena penyakit.

Jika Anda  mulai merasakan kelelahan dan stres kerja, jangan sampai mengalami burnout syndrome.

Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mencegah burnout syndrom:

1. Kontrol kerja

Godaan paling tinggi saat WFH adalah menunda pekerjaan.

Untuk itu, hal sederhana yang bisa dilakukan adalah membuat to do list.

Buatlah skala prioritas setiap hari atau mungkin dalam satu minggu.

Selain itu, Anda juga harus tegas dan berani menolak jika diberikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja atau tanggung jawab utama.

Terlebih kalau sudah kehilangan waktu istirahat sampai sampai kesehatanmu memburuk.

Namun, sampaikan penolakan dengan tegas dan sopan.

Terkadang bersikap egois untuk kebaikan diri harus dilakukan ketimbang burnout makin meradang.

2. Batasan jam kerja

Diketahui, WFH dapat menaikkan risiko masalah psikososial lantaran batas waktu kerja yang tidak jelas.

Saat bekerja di kantor, Anda akan pulang setelah pekerjaannya telah selesai.

Sementara saat WFH, waktu bekerja tidak terkendali.

Bahkan, sebagai pegawai bisa dihubungi kapanpun di luar jam kerja seperti weekend, sehingga menyebabkan kelelahan.

Sebaiknya, buatlah jadwal dan batasan kerja yang jelas sehingga mengetahui dengan jelas kapan waktu bekerja dan beristirahat. 



Sumber : goodnewsfromindonesia.id/kampuspsikologi.com/topkarir.com

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.