Kompas TV regional sosial

Kisah Belasan Waria di Yogyakarta Meninggal Selama Pandemi Corona: Kekurangan Nutrisi hingga Depresi

Kompas.tv - 15 Juli 2021, 17:35 WIB
kisah-belasan-waria-di-yogyakarta-meninggal-selama-pandemi-corona-kekurangan-nutrisi-hingga-depresi
Ribuan pasien meninggal karena Covid-19, Menteri Agama Yaqout Cholil Choumas ajak masyarakat berdoa dan heningkan cipta (Sumber: Dok. Humas Kemenag)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Eddward S Kennedy

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Selama masa pandemi Covid-19, tercatat 11 waria dan 7 wanita pekerja seks (WPS) di Yogyakarta meninggal dunia. Bukan karena Covid-19, mereka meninggal karena kemiskinan yang membuat mereka sulit mengakses vitamin dan kekurangan asupan gizi.

Informasi itu menjadi viral di media sosial setelah Rully Malay, koordinator Waria Crisis Center, mengunggah cerita dan membuka donasi untuk menolong rekan-rekan waria dan pekerja seks perempuan di akun media sosial pribadinya pada awal PPKM darurat.

"Tidak ada kasus Covid-19, mereka meninggal karena gangguan jantung, ginjal, dan sebagainya, yang sebagian besar karena tidak terpenuhi asupan gizi dan nutrisi di masa mereka mengisolasikan diri karena pandemi," ujarnya, saat dihubungi Kompas.tv, Kamis (15/7/2021).

Baca Juga: WNA Asal Irak Menikam Seorang Waria di Jember

Menurut Rully, yang juga menjabat sebagai manajer program LSM Keluarga Besar Waria Yogyakarta (Kebaya), rekan-rekan waria relatif mematuhi protokol kesehatan selama pandemi Covid-19. Sebab, sering kali workshop protokol kesehatan digelar bagi mereka sejak masa pandemi datang.

Ternyata, ketaatan itu juga membawa konsekuensi baru. Kesulitan waria di masa pandemi Covid-19 makin menjadi. 

Pembatasan jarak dan mobilitas membuat waria susah mendapatkan penghasilan. Mereka biasanya bekerja sebagai pengamen, pedagang kecil, bekerja di salon, dan sebagainya.

Dalam sehari, mengantongi penghasilan Rp 30.000 saja sudah bagus bagi para waria tersebut.

Belum lagi, mereka juga susah dan nyaris tidak mungkin mendapatkan akses bantuan dari pemerntah. Salah satu penyebabnya, tidak semua waria memiliki KTP. 

Kemiskinan dan ketiadaan akses ini membuat waria kian terhimpit. Tidak sedikit yang mengalami depresi hingga berdampak pada penurunan kesehatan fisik dan berujung meninggal dunia.

Rully mengungkapkan, pemakaman untuk waria juga tidak mudah. Ia pernah mengurus pemakaman rekan waria Yogyakarta di Kebumen dan Blitar karena kesulitan memakamkan di Yogyakarta.

"April sampai Juli ini jadi bulan berat buat kami, sudah tidak ada bantuan lagi dari kanan kiri," ucapnya.

Baca Juga: Babak Baru Pertikaian dr Richard Lee dan Kartika Putri: Libatkan Sepupu, Uang Rp30 Juta, dan Waria

Ia merasa bersyukur unggahannya di media sosial kala itu mendapat respons positif dari rekan-rekannya, bahkan dari teman yang berada di kedutaan.

Donasi yang dikumpulkan pun sudah bisa disalurkan ke teman-teman waria dan pekerja seks perempuan Parangkusumo yang selama ini paling membutuhkan.

Pada tahap pertama, Waria Crisis Center Yogyakarta sudah mndistribusikan 60 paket sembako untuk 40 waria dan 20 pekerja seks perempuan di Parangkusumo. Sementara, pemberian bantuan tahap kedua sedang dalam proses berupa vitamin dan masker.

"Tidak selamanya kami bisa menggantungkan hidup pada donasi, ini sampai PPKM darurat berakhir, setelah itu kami akan melakukan pendekatan program kepada mereka, sudah ada program yang rencananya berjalan pada Agustus mendatang," kata Rully.
 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x