Kompas TV nasional berita utama

Rumah Sakit Kewalahan Tampung Pasien Covid-19, Pemerintah Diminta Segera Terapkan Karantina Wilayah

Kompas.tv - 25 Juni 2021, 08:41 WIB
rumah-sakit-kewalahan-tampung-pasien-covid-19-pemerintah-diminta-segera-terapkan-karantina-wilayah
Rumah sakit dan tenaga medis kewalahan merawat pasien akibat lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini. Pada Kamis (24/6/2021) Indonesia mencetak rekor terbaru dengan 20.574 kasus harian Covid-19. (Sumber: KompasTV/Ant)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota DPR RI meminta pemerintah berani menerapkan karantina wilayah (lockdown) atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan lebih ketat menyusul lonjakan kasus Covid-19.

Pada Kamis (24/6/2021) Indonesia mencetak rekor terbaru dengan 20.574 kasus harian Covid-19.

Padahal, empat bulan lalu, kasus baru harian Covid-19 di Indonesia rata-rata hanya mencapai angka 5.000-6.000 per hari.

"Sementara sistem kesehatan kita makin kedodoran. Rumah sakit penuh, antrian pasien di IGD, antrian jenazah yang belum dikubur, limbah medis berserakan dan tenaga kesehatan makin berkurang karena terpapar atau kehabisan energi," ujar anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani, Kamis (24/6/2021), dilansir dari Kompas.com.

Baca Juga: Covid-19, Angka Kematian Anak Indonesia Tertinggi di Dunia | ROSI (3)

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mendesak pemerintah menerapkan karantina wilayah di wilayah berstatus zona merah.

"Pemerintah harus berani mengambil skenario PSBB ketat atau lockdown, terutama di daerah dengan zona merah. Pemerintah pusat harus bergerak cepat dan jangan melemparkan tanggung jawab kepada pemerintah daerah," ujar Netty.

Ia mengkritisi pilihan pemerintah hanya menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro. 

Menurutnya, kebijakan itu kurang mampu mengurangi mobilitas masyarakat demi menekan kasus Covid-19.

"Dampak psikologisnya terhadap masyarakat juga jauh berbeda. PSBB memiliki aturan yang lebih ketat, ruang lingkupnya juga lebih luas. Secara psikologis masyarakat lebih takut untuk melakukan mobilitas dan kampanye diam di rumah lebih berhasil,” beber Netty.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x