Kompas TV kolom catatan jurnalis

Euro 2020 antara Prancis, Bono U2, dan Harapan Mengakhiri Pandemi

Kompas.tv - 11 Juni 2021, 02:15 WIB
euro-2020-antara-prancis-bono-u2-dan-harapan-mengakhiri-pandemi
Euro 2020 (Sumber: Pixabay)

Oleh: Martian Damanik, Executive Producer KompasTV

Selamat datang salah satu hiburan terbesar di dunia, turnamen sepak bola antarnegara Benua Biru Eropa, Euro 2020. Setahun lebih warga di Planet Bumi ini muram akibat pandemi Covid-19. Saatnya melupakan sejenak urusan pandemi -bukan berarti melupakan protokol kesehatan- menikmati laga dan drama sepak bola yang dihadirkan dalam Euro 2020.

Juara bertahan Portugal akan tetap mengandalkan sang mega bintang Cristiano Ronaldo. Tapi jangan lupakan, bintang muda mereka Joao Felix yang baru mengantarkan Atletico Madrid menjadi juara Liga Spanyol, atau Bernardo Silva yang membawa Manchester City juara Liga Inggris.

Juara Piala Dunia Prancis menjadi tim yang paling favorit karena kualitas materi pemain utama dan cadangan sama baiknya. Kembalinya striker Real Madrid, Karim Benzema, semakin menambah kekuatan Les Blues.

Tapi, yang menjadi calon bintang Prancis kali ini adalah gelandang Chelsea, Ngolo Kante. Dia bukan Ronaldo atau Lionel Messi. Tapi dia bisa menguasai dan menjelajah lapangan tanpa rasa lelah.

Ajang Euro 2020 kali ini jadi pembuktian bagi striker Belgia, Romelu Lukaku, setelah Eden Hazard meredup akibat cedera. Lukaku yang baru membawa Internazionale Milan jadi jawara Serie A punya ambisi membuktikan bahwa generasi emas timnas Belgia bisa meraih gelar.

Inggris juga harus diperhitungkan dalam turnamen ini. Pemain muda mereka yang sukses menembus semifinal Piala Dunia 2018 saat ini dalam usia matang. Inggris kali ini bukan cuma Harry Kane. Ada pemain muda bintang Borussia Dortmund Jadon Sancho, Jack Grealish dari Aston Villa, dan Mason Mount yang baru mengantarkan Chelsea juara Liga Champions.

Satu tim yang juga menarik disaksikan adalah Turki. Setelah generasi emas Hakan Sukur dkk yang mampu menjadi juara ketiga Piala Dunia 2002, Burak Yiilmaz dan Yusuf Yacizi menjadi bintang Lille menjuarai Liga Prancis dan mengungguli klub kaya raya berisi pemain bintang PSG.

Caglar Soyuncu dan Cengiz Under membawa Leicester juara FA Cup Inggris. Hakan Calhanoglu mengantarkan AC Milan runner up Serie A Italia. Turki akan jadi daya tarik tersendiri karena permainan ngotot dan pantang menyerah.

Lalu, bagaimana dengan Jerman, Italia, atau Spanyol? Tiga tim nasional yang punya sejarah baik dalam turnamen antarnegara tentulah tak bisa diremehkan. Tim Panser punya pemain muda seperti Kai Havertz dan Timo Werner, dan masih diperkuat kiper terbaik di dunia Manuel Neuer.

Italia di tangan Roberto Mancini memang menampilkan sepak bola menyerang. Nicolo Barella, Gianluigi Donnarumma, Manuel Locatelli, Alessandro Bastoni jadi menjadi simbol perubahan Tim Azzurri. Hanya saja, mengandalkan duet bek tengah uzur Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini bukan kabar yang bagus.

Spanyol datang dengan mayoritas pemain muda. Walau tanpa jenderal dan pemimpin di lapangan Sergio Ramos, Tim Matador tak boleh disepelekan. Satu lagi, tim Oranye Belanda, sedikit pincang tanpa bintang Liverpool Virgil Van Dijk.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.