Kompas TV internasional kompas dunia

Diperburuk Krisis Covid-19, Jumlah Pekerja Anak di Seluruh Dunia Tercatat Capai 160 Juta

Kompas.tv - 10 Juni 2021, 13:08 WIB
diperburuk-krisis-covid-19-jumlah-pekerja-anak-di-seluruh-dunia-tercatat-capai-160-juta
Seorang pekerja anak di Mumbai, India, tengah bekerja memecahkan tegel,1 Juni 2015. (Ilustrasi) Kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dikhawatirkan mengakibatkan jumlah pekerja anak di seluruh dunia melonjak. (Sumber: Kompas.id)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

ADDIS ABABA, KOMPAS.TV – Jumlah pekerja anak di seluruh dunia naik pesat untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir. Rata-rata 1 dari 10 anak di dunia saat ini harus bekerja dan sangat rawan kehilangan masa kanak-kanak mereka.

Fakta tersebut berdasarkan laporan bersama Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef), Kamis (10/6/2021).

Laporan itu mencatat jumlah pekerja anak secara global mencapai 160 juta jiwa pada awal 2020, meningkat sekitar 8,4 juta jiwa dalam empat tahun terakhir. Kenaikan itu tercatat sudah dimulai sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Merujuk pada laman ILO, pekerja anak sering dihubungkan sebagai pekerjaan yang merampas masa kanak-kanak, potensi, dan martabat anak-anak, serta yang berbahaya bagi perkembangan fisik dan mental mereka. Ini mengacu pada kewajiban kondisi kerja yang secara mental, fisik, sosial, atau moral berbahaya bagi anak-anak.

Saat krisis Covid-19 mulai meningkat, hampir 1 dari 10 anak di seluruh dunia harus terjerembab dalam kondisi sebagai pekerja anak. Disebutkan bahwa wilayah sub-Sahara Afrika adalah wilayah yang paling parah terkena dampaknya.

PBB menegaskan, krisis yang berkepanjangan akibat pandemi Covid-19 mengancam akan mendorong jutaan anak lagi menuju nasib yang sama.

Baca Juga: Dampak Pandemi, Bisnis Otomotif di Kalimantan Timur Terjun Bebas

Muncul kekhawatiran besar bahwa jumlah anak pekerja baru bisa menembus 50 juta jiwa dalam dua tahun depan. Hal itu memungkinkan terjadi jika tindakan drastis penanggulangan tidak segera diambil. Tindakan masif yang direkomendasikan adalah mencegah penambahan jumlah keluarga jatuh ke dalam kemiskinan.

”Kami kehilangan pijakan dalam perjuangan untuk mengakhiri pekerja anak,” kata Kepala Unicef Henrietta Fore kepada wartawan, dilansir dari laman Kompas.id (10/6/2021).

Ia menekankan bahwa ”krisis Covid-19 membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk”. Saat ini, memasuki tahun kedua karantina wilayah global, penutupan sekolah, gangguan ekonomi, dan anggaran nasional yang menyusut, keluarga dipaksa untuk membuat pilihan yang memilukan.

Laporan bersama itu juga menyebutkan, jika proyeksi terbaru dari peningkatan kemiskinan karena pandemi terwujud, 9 juta anak lainnya akan terdorong menjadi pekerja anak pada akhir tahun 2022.

Bahkan, menurut spesialis statistik Unicef, Claudia Cappa, yang ikut menulis laporan tersebut, pemodelan statistik menunjukkan bahwa jumlahnya berpotensi lima kali lebih tinggi.

”Jika cakupan perlindungan sosial turun sebagai akibat dari langkah-langkah penghematan dan faktor lainnya, jumlah anak yang menjadi pekerja anak bisa bertambah 46 juta jiwa pada akhir tahun depan,” terangnya.

Baca Juga: Saksi: Ada Pekerja Anak di Pabrik Petasan yang Meledak

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x