Kompas TV regional wisata

Setahun Pandemi Covid-19, 53 Hotel dan Restoran di Yogyakarta Pilih Tutup Permanen

Kompas.tv - 22 Mei 2021, 18:35 WIB
setahun-pandemi-covid-19-53-hotel-dan-restoran-di-yogyakarta-pilih-tutup-permanen
Ilustrasi sektor pariwisata Yogyakarta (Sumber: Shutterstock)
Penulis : Aryo Sumbogo | Editor : Eddward S Kennedy

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Satu tahun sejak pandemi Covid-19 mulai merebak, terdapat sebanyak 53 hotel dan restoran di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memilih tutup permanen.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono menuturkan, alasan dibalik gulung tikarnya sejumlah pelaku usaha di sektor pariwisata DIY tersebut karena tak bisa menutup ongkos pengeluaran bulanan

"Ya mungkin seperti itu (tak bisa menutup ongkos pengeluaran), tahun lalu 50 hotel dan restoran sekarang tambah tiga jadi total 53 hotel dan restoran tutup permanen," kata Deddy kepada wartawan, Sabtu (22/5/2021).

Baca Juga: Daftar Daerah Terdampak Guncangan Gempa Blitar, Dari Lombok Barat hingga Yogyakarta

Lebih jelasnya, dari total 53 yang memilih tutup permanen, sekitar 32 di antaranya merupakan hotel dan sisanya adalah restoran.

Hotel yang memilih tutup permanen pun bukan hanya yang berasal dari kelas melati, namun juga ada hotel berbintang. 

"Dari 32 hotel yang tutup permanen, tiga di antaranya hotel bintang," imbuh dia.

Selain 53 hotel dan restoran yang tutup permanen, Deddy menambahkan, ada pula 100 hotel dan restoran yang memilih tutup sementara selama pandemi Covid-19.

Alhasil, hingga saat ini, jumlah hotel dan restoran anggota PHRI DIY yang masih bertahan lebih kurang ada 180.

Baca Juga: Indonesia Raya Berkumandang Serentak di Yogyakarta pada Harkitnas, Ini Kata Mahfud MD

Selanjutnya, saat disinggung soal penjualan hotel di situs jual beli, Deddy mengaku tak mengetahui karena belum ada laporan dari anggotanya hingga saat ini.

"Belum dapat kabar, baik dari pemiliknya atau general manager (GM) hotel. Belum ada laporan juga ke PHRI, saya sendiri belum dapat info," ujarnya.

Namun, Deddy pun sadar betul bahwa begitu sulit bagi pelaku usaha di sektor pariwisata untuk bertahan di masa pandemi seperti saat ini.

Baca Juga: Warga Yogyakarta Pilih Silaturahmi dengan Parsel Akibat Larangan Mudik Lebaran, Ini Buktinya

Pada momen libur Lebaran yang diharapkan dapat memberi angin segar saja, okupansi hotel hanya mencapai lima hingga tujuh persen.

"Karena yang diharapkan dari Lebaran kemarin itu bisa mendongkrak (pendapatan) setelah membayar karyawan. Namun, ternyata zonk hanya lima sampai tujuh (persen) karena ada penyekatan dan sebagainya itu," ujar Deddy.

"Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dan selalu mendadak itu yang menyebabkan mereka tidak kuat," imbuhnya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x