Kompas TV cerita ramadan cerita

Peci dan Sarung, Sekelumit Kisah Pakaian Para Pendiri Bangsa

Kompas.tv - 29 April 2021, 04:25 WIB
peci-dan-sarung-sekelumit-kisah-pakaian-para-pendiri-bangsa
Presiden RI Pertama Soekarno dan Haji Agus Salim (Sumber:si.or.id)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Penjualan peci dan sarung sejak awal Ramadan hingga jelang Lebaran, biasanya mengalami peningkatan. Hal itu karena dua jenis fashion tersebut banyak dibutuhkan, baik untuk digunakan sendiri maupun diberikan sebagai hadiah lebaran.

Dalam sejarahnya, peci dan sarung bukan sekadar pakaian bagi warga pribumi di tanah air tapi juga simbol perlawanan. Misalnya, foto dari Haji Omar Said Tjokroaminoto (1883-1934) , dengan kumis melintang sedang duduk sambil mengenakan sarung dan berpeci.

Menurut Menteri Luar Negeri di era Orde Lama Mohammad Roem (1908-1983) dalam bukunya Bunga Rampai dari Sejarah jilid II, potret itu bernilai sejarah. "Dan potret pak Tjokro yang terkenal dan bernilai sejarah, ialah Pak Tjokro yang memakai sarung, jas tutup, pici dan sandal," tulisnya.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Tarif Tol Bandara Soekarno-Hatta Naik

Potret tersebut menurut Roem, memang menggambarkan cara berpakaian pendiri Sarikat Islam (SI) itu. Potret tersebut pernah dikomentari oleh Haji Agus  Salim (1884-1954), kawan seperjuangan HOS Tjokroaminoto. "Pada saatnya potret itu berarti revolusi," katanya

Padahal, sarung adalah pakaian rakyat yang oleh Belanda diidentikan dengan kaum bumi putera yang terbelakang. Sementara simbol kemajuan adalah celana panjang yang sering digunakan orang Belanda, yang sering disebut "pantalon".

Namun, Tjokroaminoto yang berlatar belakang bangsawan Jawa dan pernah mendapat didikan Belanda, justeru menolak anggapan tersebut. 

"Pak Tjokro memakai sarung, akibatnya bukan ia yang turun kedudukannya tapi sarung yang naik pangkat. Sarung menjadi pakaian orang yang terhormat, dan hilanglah perbedaan dalam masyarakat, yang ditentukan dengan memakai celana dan sarung," kata Mohammad Roem.

Begitu pula dengan peci yang digunakannya. Peci yang dulu biasa digunakan kaum pribumi kelas rendah, justeru dipakai oleh Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim dengan penuh rasa bangga.

Sebelum memakai peci, kata Mohammad Roem, Agus Salim awalnya memakai tarbus berwarna merah yang bisa dipakai orang Arab. 

Baca Juga: Profil Dewi Soekarno, Istri Kelima Presiden Soekarno yang Kini Tinggal di Jepang

Tapi kemudian dia membuat peci model sendiri yang dibuat dari kain serdadu warna hijau. Ciri khas peci Agus Salim, punya dua anak baju di bagian depan.

Cara berpakaian dua tokoh bangsa ini mempengaruhi pula cara berpakaian Presiden RI pertama Soekarno. Soekarno kemudian tak lepas dari peci warna hitamnya.

Soekarno adalah anak didik dari Tjokroaminoto. Bahkan Soekarno pun  meniru gaya berpidato Tjokroaminoto. 

Menurut Mohammad Roem,  semua gesture Tjokroaminoto dalam berpidato ditiru oleh Soekarno. "Kalau orang pernah mendengar dan melihat Soekarno atau Harsono berpidato, kira-kira begitulah gaya dan nada Tjokroaminoto."   



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x