Kompas TV internasional kompas dunia

Tak Boleh Baca Alquran, Aktivis Rusia Tuntut Petugas Penjara

Kompas.tv - 15 April 2021, 11:45 WIB
tak-boleh-baca-alquran-aktivis-rusia-tuntut-petugas-penjara
Pengadilan Moskwa memerintahkan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dipenjara selama lebih dari 2,5 tahun karena melanggar ketentuan masa percobaannya saat memulihkan diri di Jerman. (Sumber: Tribunnews.com)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Purwanto

MOSKWA, KOMPAS.TV – Aktivis Rusia sekaligus kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny, pada Selasa (13/4/2021), menuntut petugas penjara karena tidak memperbolehkannya untuk membaca kitab suci Al-Quran selama masa hukuman.

Melansir dari halaman Tribunnews.com, dalam postingan Instagram yang mengumumkan gugatan pertamanya terhadap sipir penjara, Alexei menuliskan, "Masalahnya, mereka tidak memberikan Al-Quran saya."

Postingan Navalny diunggah sehari setelah umat Muslim di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa Ramadhan sejak Selasa (13/4) kemarin. Navalny tengah menjalani hukuman penjara selama 2,5 tahun atas tuduhan penggelapan, sejak Februari lalu.

Navalny mengatakan dalam postingannya bahwa ia mengambil tindakan hukum terhadap otoritas penjara karena "mereka tidak akan memberi saya Alquran saya. Dan itu menyebalkan," ungkapnya. 

"Ketika saya dipenjara, saya membuat daftar cara-cara yang ingin saya lakukan untuk memperbaiki diri yang akan saya coba selesaikan selama menjalani hukuman. Salah satu poinnya adalah mendalami dan memahami Al-Quran," lanjut Navalny.

Baca Juga: Protes Layanan Kesehatan yang Buruk di Penjara, Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Mogok Makan

Meski bukan seorang Muslim, pria 44 tahun itu mengaku pernah membaca Alquran sebelumnya, tetapi belum meresapi makna dan prinsip utama dari kitab suci umat Muslim tersebut.

"Saya menyadari bahwa perkembangan saya sebagai seorang Kristiani juga membutuhkan belajar Alquran," kata Navalny dalam unggahannya di Instagram.

Sebelumnya, Navalny mendapat kecaman di awal karir politiknya karena membuat komentar nasionalis dan mencemooh para imigran dari negara-negara mayoritas Muslim di Asia Tengah yang berada di Rusia. Navalny ditangkap pihak berwenang Rusia setibanya di Moskow pada Februari lalu, setelah perawatan medis di Jerman usai diduga diracun dengan zat saraf Novichok.

Penahanan Navalny memicu kecaman hingga sanksi dari negara Barat, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Namun, Navalny tetap divonis dua setengah tahun penjara atas tuduhan penggelapan.

Baru-baru ini, ia melakukan aksi mogok makan selama dua pekan untuk menuntut perawatan medis yang memadai dan sekutunya mengatakan pekan ini bahwa pihak berwenang mengancam akan memaksa memberinya makan.

Tim kuasa hukumnya juga menuntut pihak berwenang untuk memindahkan Navalny ke rumah sakit biasa. Namun, Kremlin menyatakan bahwa Navalny tidak berhak atas perlakuan khusus apa pun.

Kondisi Alexei Navalny, pemimpin oposisi Rusia yang dipenjara itu terus memburuk bahkan kaki dan tangannya mulai mati rasa. Hal tersebut disampaikan pengacaranya, Vadim Kobzev, dikutip Kompas.com dari BBC pada Kamis (8/4/2021).

Baca Juga: Biden Telepon Putin Minta Rusia Turunkan Ketegangan dengan Ukraina



 

 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x