Kompas TV nasional berita utama

Tiket KMT Mahal, YLKI dan KRL Mania Tolak Tiket Harian Dihapuskan

Kompas.tv - 22 Maret 2021, 10:05 WIB
tiket-kmt-mahal-ylki-dan-krl-mania-tolak-tiket-harian-dihapuskan
Nampak bagian dalam salah satu gorbang dari KRL Solo-Yogyakarta saat uji coba terbatas pada Senin (25/1/2021). (Sumber: KOMPAS.com/ARIMBIHP)
Penulis : Ninuk Cucu Suwanti | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan KRL Mania menolak penghapusan tiket harian di 10 stasiun KRL di Jabodetabek. YLKI menilai, penghapusan tiket harian dalam perspektif hak-hak konsumen tidak adil, karena memberatkan konsumen.

Seperti diinformasikan PT Commuter Line Indonesia (KCI), sebagai pengelola KRL di Jabodetabek, akan mewajibkan tiket KMT (Kartu Multi Trip) di 10 stasiun di Jabodetabek per 25 Maret 2021. Yaitu: Stasiun Bojonggede, Citayam, Depok Baru, Depok, Kranji, Bekasi, Jakarta Kota, Tanang Abang, Angke, dan Parung Panjang.

Baca Juga: Usai Jokowi Resmikan KRL Yogya-Solo, Menhub: Dirancang jadi Angkutan Massal Masa Depan di Indonesia

“Sebab dengan mewajibkan KMT, maka konsumen dengan tiket harian harus mengeluarkan uang minimal Rp 30.000 untuk beli KMT. Sementara masih banyak pengguna lepas KRL, yang tidak membutuhkan KMT, karena hanya sekali-kali saja menggunakan KRL,” kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.TV, Senin (22/3/2021).

“Harus dipertimbangkan soal daya beli konsumen, yang hanya mampu beli tiket harian,” tambahnya.

Berdasar dari penolakan tersebut, YLKI meminta agar managemen KCI tetap memberlakukan tiket jangka pendek atau tiket harian.

“Oleh karena itu, harus ada effort dari operator untuk menyediakan uang kembalian sebagai antisipasi pengguna yang menarik sisa dana,” ujar Tulus.

Baca Juga: Resmikan KRL Yogya-Solo, Jokowi: Ini Sebuah Transportasi Massal Ramah Lingkungan

Selain itu, sambung Tulus, tidak hanya konsumen sebagai pengguna yang harus adaptif. Tapi operator pun mesti solutif dan adaptif. Bukan hanya melihat dari sisi kemudahan operator tapi mengabaikan sisi konsumen sebagai pengguna.

“Di negara-negara yang sistemnya sudah lebih baik pun, tiket eceran tetap ada. Misalnya di Singapura, untuk tiket MRT kita bisa memilih tiket jangka pendek yang berlaku beberapa hari saja. Tiket kertas, bisa diisi ulang, dan dana bisa direfund,” jelas Tulus.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x