Kompas TV nasional berita utama

Tak Ada Larangan Mudik, Ini Kata Epidemiolog UGM Yogyakarta

Kompas.tv - 18 Maret 2021, 07:57 WIB
tak-ada-larangan-mudik-ini-kata-epidemiolog-ugm-yogyakarta
Ilustrasi kegiatan mudik yang menggunakan sarana kereta api. (Sumber: KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Penulis : Gading Persada | Editor : Purwanto

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Tidak adanya larangan mudik membuat pemerintah di tingkat daerah dimungkinkan menerapkan kebijakan kewajiban membawa sertifikat vaksin bagi para pemudik yang masuk ke daerahnya masing-masing. 

Hal ini seperti yang diutarakan Riris Andono Ahmad, seorang Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Riris mengatakan kemungkinannya sangat kondisional. 

Tak hanya itu, kata Riris, daerah bisa saja memberlakukan kebijakan dengan memastikan mereka yang datang memiliki sertifikat vaksin atau surat bebas infeksi. Ini sebagai upaya meminimalkan risiko, meskipun risiko tersebut tetap saja ada dan tidak hilang sama sekali.

Baca Juga: Tak Ada Larangan Mudik 2021, Komisi IX: Sesuai Strategi Gas Rem Pemerintah dalam Penanganan Covid-19

Dia berharap pemerintah daerah dalam membuat kebijakan tetap harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat.

Sebab, untuk kondisi sekarang ini bisa saja daerah membuat kebijakan sesuai konteks lokal asal tidak bertentangan.

"Surat vaksin, bebas covid dan lain-lain masih sangat diperlukan. Karena itu langkah meminimalkan risiko. Meski dengan upaya seperti itu, tetap saja ada yang tertular. Sama seperti kita sudah vaksinasi masih ada yang terinfeksi," ungkap dia, Rabu (16/3/2021). 

Soal kebijakan yang akan berlaku ini, kata Riris, sebenarnya pembicaraan bukan sekadar pada level individu tetapi pada level populasi. Sebab, jika pada level populasi kejadian itu bisa diminimalkan.

Karenanya, dia berharap pada level besarnya sebaiknya masih ditunda dahulu.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi UI Sebut Kasus Covid-19 Bisa Bertambah jika Pemerintah Tak Melarang Mudik 2021

Melansir laman UGM, sementara untuk level mikronya bisa dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Misalnya kedua belah pihak baik yang mengunjungi maupun dikunjungi sudah vaksin, protokol kesehatan tetap dilakukan dan menggunakan moda transportasi yang terjamin keamanannya.

"Kita ingat mudik itu biasanya cukup lama, artinya kita bisa tertular selama di perjalanan, kalau mudiknya lebih dari 7 hari bisa menularkan. Saat berangkat sehat, tapi tertular di perjalanan," papar dia. 

Apalagi saat di kampung halaman lebih dari satu minggu, maka bisa menjadi sumber penularan. Maka dari itu, dia sangat berharap sebisa mungkin jangan mudik dahulu.

"Mengurangi pergerakan karena coverage vaksinasinya belum tinggi dan hingga lebaran nanti diperkirakan masih belum cukup tinggi," paparnya. 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x