Kompas TV internasional kompas dunia

Berlutut Secara Simbolis, Paus Fransiskus Serukan Pertumpahan Darah di Myanmar Segera Diakhiri

Kompas.tv - 18 Maret 2021, 02:14 WIB
berlutut-secara-simbolis-paus-fransiskus-serukan-pertumpahan-darah-di-myanmar-segera-diakhiri
Paus Fransiskus. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Vyara Lestari

VATICAN CITY, KOMPAS.TV – Paus Fransiskus pada Rabu (17/3/2021) menyerukan agar pertumpahan darah di Myanmar segera diakhiri dan dialog dimulai. Paus Fransiskus juga menyatakan berlutut secara simbolis di jalanan Myanmar, di mana aksi protes terhadap junta militer terus berlangsung dan korban tewas terus bertambah.

Di akhir komentar publik tradisionalnya bagi umat beriman di seluruh dunia, Paus Fransiskus mengungkapkan keprihatinannya atas situasi kritis di Myanmar. “Sekali lagi, dan dengan begitu banyak kesedihan, saya merasa perlu untuk membangkitkan situasi dramatis di Myanmar, di mana begitu banyak orang, terutama kaum muda, kehilangan nyawa demi menawarkan harapan bagi negeri mereka,” ujar Paus Fransiskus seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (17/3/2021).

Baca Juga: Viral Suster Berlutut di Depan Polisi Myanmar, Disebut Simbol Pemimpin Gereja untuk Bela Demonstran

Merujuk pada foto seorang suster yang berlutut di jalanan di depan barisan aparat Myanmar, Paus Fransiskus menyatakan, “Saya juga berlutut di jalanan Myanmar dan menyatakan: semoga kekerasan segera berhenti; saya juga, dengan tangan terbuka lebar, menyatakan: semoga dialog yang menang.”

Baca Juga: Tangisan Suster di Myanmar yang Berlutut Memohon kepada Polisi agar Demonstran Tidak Ditangkapi

“(Pertumpahan) darah tidak menyelesaikan apapun, semoga dialog yang menang,” ujar Paus Fransiskus menyampaikan seruannya dari perpustakaan Istana Apostolik di Vatikan.

Hingga kini, jumlah demonstran yang tewas sejak kudeta melengserkan pemimpin pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi telah melampaui 200 orang, menurut Asosiasi Bantuan Untuk Para Tahanan Politik. Kudeta yang dilancarkan militer Myanmar, merupakan kemunduran besar bagi kemajuan menuju demokrasi di Myanmar yang memang berjalan lambat.

Baca Juga: Dengan Ketapel dan Bom Molotov, Para Demonstran Myanmar Balas Melawan Aparat



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x