Kompas TV internasional kompas dunia

Kisah Pengorbanan Guru Wanita di China yang Rela Bertemu Anaknya hanya Melalui Panggilan Video

Kompas.tv - 12 Maret 2021, 17:02 WIB
kisah-pengorbanan-guru-wanita-di-china-yang-rela-bertemu-anaknya-hanya-melalui-panggilan-video
Yang Qixiu, seorang guru wanita di China yang rela bertemu anaknya melalui panggilan video. (Sumber: Xinhua)
Penulis : Rizky L Pratama

JAKARTA, KOMPAS.TV – Yang Qixiu, seorang guru wanita di Kabupaten Lancang, Provinsi Yunna, Cina Selatan harus rela hampir setiap hari hanya bisa bertemu anak laki-lakinya yang berusia tiga tahun melalui panggilan video.

Dari video yang dirilis Xinhua dengan judul 'Mom in the Cellphone', Yang Qixiu yang sibuk mengajar sebuah SD di desa Habuma, membuatnya tak mempunyai waktu untuk mengurus anaknya sendiri meski rumahnya hanya berjarak 200 meter.

“Ayo lakukan obrolan video!” ajak Yang Qixiu kepada anaknya.

“Ibu..” jawab si anak sambil meneteskan air mata.

“Jangan menangis.” bujuk Yang.

“Bu, kapan kamu akan kembali?” tanya si anak lagi.

“Segera, jangan menangis." jawab Yang sambil mencoba tegar.

Yang Qixiu ketika sedang mengajar. (Sumber: Xinhua)

Itulah percakapan yang biasa terjadi ketika Yang Qixiu melakukan panggilan video. Dia mengorbankan semuanya hanya demi bisa mengajar anak-anak etnis Lahu yang dulunya terikat garis kemiskinan.

Setiap pagi, Yang Qixiu bangun pagi-pagi sekali untuk mulai bekerja. Dia membangunkan anak-anak sekolah dan membantu mendandani mereka.

Setiap harinya, ia pulang sangat larut karena saking banyaknya pekerjaan di sekolah.

Yang Qixiu telah menjadi guru kelompok etnis Lahu selama 17 tahun. Ia bercerita, tujuh belas tahun lalu, desa ini masih sangat miskin.

Tidak ada cukup makanan untuk dimakan atau pakaian untuk dipakai anak-anak.

“Keluarga mereka sangat miskin. Siswa pergi ke sekolah tanpa alas kaki, situasi secara keseluruhan sangat, sangat sulit.” ujarnya.

“Di halaman belakang, papan basket yang digunakan masih terbuat dari kayu.”

“Dari bulan Juni hingga Juli, anak-anak tidak bisa mengikuti kelas olahraga, karena tempat bermainnya menjadi berlumpur dan sangat becek.” tambahnya lagi.

Yang Qixiu menuturkan, saat pertama kali datang ke sini, asrama yang digunakan untuk tinggal berada di dapur kecil dengan luas kurang dari enam meter persegi.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x