Kompas TV internasional kompas dunia

Lagi, Tiga Perempuan Pekerja Media Ditembak Mati di Afghanistan

Kompas.tv - 3 Maret 2021, 00:11 WIB
lagi-tiga-perempuan-pekerja-media-ditembak-mati-di-afghanistan
Sejumlah warga Afghanistan tengah mendorong salah satu jenazah perempuan pekerja media yang menjadi korban penembakan di Jalalabad, Kabul timur, Afghanistan, Selasa (2/3). (Sumber: AP Photo / Sadaqat Ghorzang)
Penulis : Vyara Lestari

KABUL, KOMPAS.TV – Tiga perempuan yang bekerja di stasiun radio dan televisi setempat di Afghanistan timur ditembak mati pada Selasa (2/3) dalam serangan terpisah.

Menurut Shokrullah Pasoon, editor pemberitaan di Radio dan Televisi Enikass di Jalalabad, Kabul timur, sejumlah saksi mata mengatakan, salah seorang perempuan tersebut, Mursal Wahidi, tengah berjalan pulang saat para pelaku menembaknya.

Dua perempuan yang lain, yang diidentifikasi Pasoon sebagai Shahnaz dan Sadia, juga tengah berjalan pulang dari tempat kerja mereka saat ditembak dan tewas dalam serangan terpisah. Dua orang pejalan kaki lain terluka dalam penembakan tersebut.

Baca Juga: Pembunuhan di Afghanistan Berlanjut, Dua Hakim Wanita Ditembak Mati

Afghanistan dianggap sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi para pekerja media. Pembunuhan pada Selasa lalu (2/3) menambah jumlah pekerja media yang tewas terbunuh di Afghanistan menjadi 15 orang dalam 6 bulan terakhir.

Menurut Pasoon, ketiga perempuan tersebut bekerja menyulih suarakan drama-drama populer yang sarat emosi dari Turki dan India ke dalam bahasa Afghanistan setempat seperti Dari dan Pashtu.

Associated Press melaporkan, tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab atas penembakan tersebut. Namun, pada Desember lalu, afiliasi kelompok teroris ISIS yang bermarkas di Afghanistan timur, mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pegawai perempuan Enikass bernama Malala Maiwand.

Baca Juga: Jurnalis Perempuan Afghanistan Malala Maiwand Tewas Ditembak

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membantah keterlibatan Taliban dalam serangan tersebut. Dalam pernyataannya, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk serangan tersebut dan menyatakan, “Serangan-serangan terhadap warga tak bersalah, terutama perempuan, bertentangan dengan ajaran Islam, budaya Afghanistan dan semangat perdamaian.”

Penembakan tersebut ditengarai merupakan bagian dari serangan menyasar target yang lebih besar di Afghanistan pada tahun lalu yang bertepatan dengan penandatanganan kesepakatan damai antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban pada Februari 2020. Taliban membantah terlibat dalam sebagian besar pembunuhan. Baik Taliban maupun pemerintah Afghanistan menyalahkan pihak lain yang telah melakukan serangan untuk mendiskreditkan kesepakatan damai.

Baca Juga: Lagi, Seorang Jurnalis Tewas Ditembak di Afghanistan

Pemerintahan Biden tengah meninjau kesepakatan yang menuntut penarikan pasukan AS dan NATO pada 1 Mei. Namun, pihak berwenang menyatakan, belum ada keputusan yang dibuat.

Radio dan Televisi Enikass yang dimiliki oleh perusahaan swasta, menyiarkan berita, ragam politik, sosial, Islam, pendidikan, satir serta sejumlah program dan serial dan film yang disulih suarakan untuk masyarakat Afghanistan.

Komite Keselamatan Jurnalis Afghanistan mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan pembunuhan tersebut dan mengkritik penyelidikan pemerintah atas pembunuhan para jurnalis sebelumnya. Tanpa merinci, pernyataan tersebut mengatakan, ”Penyelidikan serangan-serangan terdahulu tidak memuaskan sama sekali, dan harus diubah.”

Lembaga Pers Internasional yang bermarkas di Wina menyebut penembakan tersebut sebagai aksi yang tak terkatakan.

Baca Juga: Foto Satelit Tunjukkan Kehancuran Akibat Kebakaran Besar di Perbatasan Afghanistan – Iran

Dalam pernyataannya, Scott Griffen, wakil direktur organisasi kebebasan pers dunia itu mendesak pemerintah Afghanistan untuk menemukan dan menangkap para pelakunya.

“Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran kekerasan terhadap para jurnalis adalah dengan memutus siklus impunitas atau kebal hukum, memastikan bahwa tak ada seorang pun yang menyerang atau membunuh seorang jurnalis atau pekerja media, dapat lolos,” ujar Griffen.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x