Kompas TV nasional peristiwa

Rizieq Shihab Masuk Bursa Capres Kalahkan Erick Thohir dan Airlangga Hartarto

Kompas.tv - 23 Februari 2021, 11:28 WIB
rizieq-shihab-masuk-bursa-capres-kalahkan-erick-thohir-dan-airlangga-hartarto
Habib Rizieq Shihab di Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah di Megamendung, Kabupaten Bogor. (Sumber: Dok FPI)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Lembaga Survei Indonesia (LSI) telah merilis survei dengan tajuk "Evaluasi Publik Terhadap Kondisi Nasional dan Peta Awal Pemilu 2024" Senin (22/2/2021). Salah satu yang disurvei adalah nama-nama calon presiden yang berada di benak masyarakat atau disukai.

Ketika survei menanyakan top of mind atau sejumlah nama yang berada dalam benak masyarakat, dengan pertanyaan, "bila pemilihan presiden didakan sekarang ini, siapa yang akan ibu/bapak pilih?" Ternyata nama mantan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) masuk dalam urutan ke 19 (0,2 persen), mengalahkan Menteri BUMN Erick Thohir yang berada di urutan ke-20 (0,2 persen)  dan Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang berada di urutan ke-24 (0,1 persen). Bahkan, jauh mengalahkan Ketua DPR yang juga politikus PDIP Puan Maharani yang berada di urutan ke 31.

Baca Juga: Tanpa Jokowi, Masyarakat Pilih Prabowo sebagai Presiden di Survei LSI

Dan ketika survei menggunakan simulasi terbuka, di mana responden disodorkan sejumlah nama, Rizieq Shihab naik pada urutan ke-17 (0,7 persen). Sedangkan Erick Tohir  berada di urutan 18 (0,6 persen) dan Airlangga Hartarto berada di urutan ke-20 (0,3 persen). Dan Puan Maharani berada di urutan ke-22 (0,1 persen).  

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan survei dilakukan akhir Januari lalu tersebut  dapat membantu kita memberikan gambaran terhadap sejumlah pertanyaan terkait  sentimen atau penilaian publik terhadap kondisi nasional saat ini dan juga bagaimanakah peta awal kompetisi politik menuju Pemilu 2024.

Baca Juga: Yang Beda dari Sidang Praperadilan Kedua Rizieq Shihab Kasus Kerumunan

Menurut Djayadi, peta awal ini belum menunjukan ada calon yang dominan. "Bila undang-undang pemilu tidak diubah,karena tidak ada petahana dalam pilpres 2024, maka ada kemungkinan calon presiden lebih dari dua pasang. Ini berarti seorang calon presiden baru bisa disebut memiliki peluang cukup dominan bila secara konsisten memiliki elektabilitas 40% atau lebih," kata Djayadi.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x