Kompas TV kolom opini

Mendadak Ingat Bung Hatta

Kompas.tv - 20 Februari 2021, 18:33 WIB
mendadak-ingat-bung-hatta
Meskipun dalam banyak hal berbeda pendapat dan pandangan dengan Bung Karno, tetapi Bung Hatta tetap bersahabat dengan Bung Karno. (Sumber: Istimewa)

Oleh: Trias Kuncahyono, Jurnalis Harian Kompas

I

Suatu hari, saya bertanya lewat WA kepada Pak Abdillah Toha. “Pak, bagaimana rumusan yang paling sederhana untuk membedakan antara negarawan dan politisi?”

Membaca pertanyaan saya itu, Pak Abdillah Toha membalasnya dengan tertawa, “Hahaha…” Tetapi, lalu melanjutkan dengan menulis, “Ada adagium terkenal, Pak. Statesmen think of the next generation, politicians think of the next election.”

Membaca jawaban Pak Abdillah Toha, saya ingat yang dikemukakan oleh teolog Amerika, James Freeman Clarke (1810-1888). Clarke melanjutkan adagium itu dengan mengatakan, “A politician looks for the success of his party; a statesman for that of his country.”

Seorang sahabat berkomentar setelah saya bercerita, kalau pertanyaanmu itu disodorkan pada orang Amerika (AS), maka orang yang kamu tanya akan menunjukkan uang 100 dollar AS dan mengatakan, “Lihat ini, gambar wajah Benjamin Franklin.” Lalu, menyodorkan uang lima dollar AS dan mengatakan, “Yang ini wajah Abraham Lincoln.”

Benjamin Franklin (1706-1790) meski tidak pernah menjabat sebagai presiden, tetapi dikenal sebagai Bapak Bangsa, diplomat, ilmuwan, publisher, dan penemu (pencipta) mashsyur. Franklin membantu merancang Deklarasi Kemerdekaan (Declaration of Independence) dan Konsitusi AS. Itulah sebabnya, Benjamin Franklin yang berjasa dalam kelahiran Amerika disebut sebagai negarawan utama. Dan, wajahnya diabadikan dalam uang seratus dollar AS.

Sementara, meskipun wajahnya “hanya” diabadikan dalam uang pecahan lima dollar AS, Abraham Lincoln (1809-1865), presiden ke-16 AS (1861-1865) diakui dan dihormati sebagai seorang negarawan. Ia menjadi presiden di kala AS terjerumus dalam perang saudara dan berjuang untuk mempersatukan negara. Pada tanggal 14 April 1865 pada hari Jumat Agung (Good Friday) ia ditembak hingga tewas oleh John Wilkes Booth yang menentang kebijakan Lincoln menghapus perbudakan.

II

Jadi benar, tindakannya-lah dan bukan kata-katanya yang membuat seseorang menjadi negarawan. Seorang negarawan memiliki tugas suci bagi bangsanya yakni tugas suci pemberadaban, the task of civilization. Ini tidak mudah.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.