Kompas TV internasional kompas dunia

Militer Myanmar Tangkap Warga Australia yang Juga Penasihat Aung San Suu Kyi

Kompas.tv - 7 Februari 2021, 12:43 WIB
militer-myanmar-tangkap-warga-australia-yang-juga-penasihat-aung-san-suu-kyi
Sean Turnell dan Aung San Suu Kyi. (Sumber: Linkedin)
Penulis : Haryo Jati

NAYPYIDAWA, KOMPAS.TV - Militer Myanmar terus melakukan penangkapan terhadap orang terdekat pemimpin partai berkuasa dan juga Kanserlir Myanmar, Aung San Suu Kyi.

Kali ini adalah warga Australia yag juga penasihat ekonomi bagi Suu Kyi, Sean Turnell, yang ditahan.

Turnell, yang juga seorang akademisi dan Profesor Ekonomi di University. Macquarie, Sydney ditangkap Sabtu (7/2/2021).

Baca Juga: Hong Kong Tangguhkan Impor Unggas dari Beberapa Negara Eropa Terdampak Flu Burung H5N8

Penangkapan Turnell, membuat Menteri Luar Negeri Australia, Marisa Payne bersuara.

Dia menegaskan hal itu menjadi sebuah keprihatinan bagi pemerintah negaranya.

“Pemerintah Australia merasa prihatin dengan laporan adanya warga Australia dan negara asing lainnya yang ditahan secara sewenang-wenang di Myanmar,” News.com.au.

Baca Juga: Internet Kini Mati di Myanmar, Setelah Militer Gagal Bungkam Facebook, Twitter, dan Instagram

“Kami menyediakan bantuan konsuler untuk beberapa warga Australia di Myanmar. Secara khusus, kami memiliki keprihatinan yang serius tentang warga Australia yang ditahan di kantor polisi,” tambahnya.

Payne mengungkapkan pihaknya telah memanggil Kedutaan Besar Myanmar dan menegaskan keprihatinan mendalam Pemerintah Australia atas kasus ini.

“Kedutaan Besar Australia di Yangon terus menghubungi warga Australia di Myanmar untuk memastikan keselamatan mereka, hingga komunikasi diperlukan,” ujarnya.

Militer melakukan kudeta sejak Senin (1/2/2021), dengan menangkap Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

Baca Juga: Demo Kudeta, Mahasiswa Serukan Militer Myanmar Kembali ke Barak

Mereka juga terus menangkapi orang terdekat Suu Kyi. Kudeta ini merupakan bentuk dari kekecewaan militer Myanmar atas hasil pemiluhan umum, November lalu.

Ketika itu, partai berkuasa Liga Nasional Demokrasi (NLD) meraih kemenangan dan mendapat 83 persen kursi di parlemen.

Namun, pihak militer menegaskan adanya kecurangan dari pemilu tersebut, meski kemudian tak terbukti.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x