Kompas TV nasional peristiwa

Catatan Presiden ke-6 SBY Terkait Drama Politik AS, dari Kekerasan Sampai Ketidakjujuran

Kompas.tv - 20 Januari 2021, 13:46 WIB
catatan-presiden-ke-6-sby-terkait-drama-politik-as-dari-kekerasan-sampai-ketidakjujuran
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berduka mendengar kabar ulama Syekh Ali Jaber meninggal dunia. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono mengomentari drama politik yang terjadi di Amerika Serikat, terutama jelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden. Dalam cuitannya lewat akun @sbyudhoyono, SBY membuat delapan catatan drama politik di Amerika Serikat  yang bisa diambil pelajaran di Indonesia, Rabu (20/1/2021).   

"Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik," begitu dia mengawali catatannya.

Kemudian, catatan kedua, di era "post-truth politics", ucapan pemimpin (presiden) hrs benar & jujur. Kalau tidak, dampaknya sgt besar. Ucapan Trump bhw pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yg coreng nama baik AS. 

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal, SBY: Selamat Jalan Sahabatku

Ketiga, "post-truth politics" (politik yg tdk berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis & berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual). 

Kemudian, keempat, tiap pemilu ada yg menang, ada yg kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yg kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kpd yg menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg. 

Catatan kelima, pergantian kekuasaan di AS yang biasanyaa damai, kini tidak lagi terjadi.  

"Kali ini pergantian kekuasaan yg damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian & permusuhan. Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan. 

Baca Juga: Polarisasi Tajam Hingga Timbulkan Permusuhan, SBY: Saya Prihatin Lingkaran Tentara dan Polisi

Keenam, jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade & dlm pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dr luar, spt biasanya, tapi "teroris domestik". Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump. *SBY*

Ketujuh, setiap krisis selalu ada pahlawannya. Saya respek kpd Wapres Mike Pence yg tunjukkan karakter kesatrianya dgn menerima hasil Pilpres yg lalu meskipun kalah. Dia tolak “perintah” Trump utk ubah hasil pemilu krn tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi. 

Kedelapan, Pence bukan tipe yg haus kekuasaan. Dia tak memanfaatkan kesempatan utk ambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS (sesuai amandemen ke-25 konstitusi AS). Pence menolak, karena bukan itu yg terbaik bagi bangsa AS. 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x