Kompas TV internasional kompas dunia

Studi: Lautan Dunia Terus Menghangat, Meski Emisi Karbon Berkurang

Kompas.tv - 16 Januari 2021, 22:26 WIB
studi-lautan-dunia-terus-menghangat-meski-emisi-karbon-berkurang
Ombak di pantai Ogden Point Kanada. Peningkatan panas di lautan ini bertanggung jawab atas tren peningkatan suhu laut global yang memecahkan rekor, kata penelitian yang dilansir Xinhua 16 Januari 2021 (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo

BEIJING, KOMPAS.TV - Meskipun emisi karbon global berkurang berkat karantina wilayah (lockdown) Covid-19, lautan dunia pada 2020 mencatatkan rekor terhangat dalam sejarah, menurut sebuah studi baru yang dilansir Xinhua Sabtu (16/01/2021).

Dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences yang terbit awal pekan ini, studi tersebut dilakukan oleh 20 ilmuwan dari 13 institut di China, Amerika Serikat (AS) dan Italia.

Dibandingkan dengan tahun 2019, area ketinggian 2.000 meter di atas lautan di Bumi menyerap lebih banyak panas, cukup untuk merebus 1,3 miliar ceret, yang masing-masing berisi 1,5 liter air.

Peningkatan panas di lautan ini bertanggung jawab atas tren peningkatan suhu laut global yang memecahkan rekor, kata penelitian itu. 

Cheng Lijing, penulis utama studi sekaligus peneliti di Institut Fisika Atmosfer (Institute of Atmospheric Physics/IAP) di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China, mengatakan pemanasan laut adalah indikator kunci untuk mengukur perubahan iklim, karena lebih dari 90 persen panas global berakhir di lautan.

"Namun, karena respons laut yang lambat terhadap pemanasan global, tren pemanasan laut akan bertahan setidaknya selama beberapa dekade," papar Cheng, menjelaskan suhu laut dunia terus meningkat tahun lalu, meskipun ada laporan  emisi karbon global turun karena orang-orang tetap tinggal di dalam ruangan untuk mencegah infeksi Covid-19.

Studi tersebut juga menemukan selama delapan dekade terakhir, lautan di dunia semakin hangat setiap dekade dibandingkan dekade sebelumnya.

Efek pemanasan laut bertransformasi dalam bentuk topan, badai dan curah hujan ekstrem yang lebih banyak.

Selain suhu laut, para peneliti yang terlibat dalam studi itu menghitung salinitas pada air laut.

Mereka menemukan  area-area bersalinitas tinggi telah meningkat dalam tingkat salinitasnya, sementara hal sebaliknya dialami oleh area-area bersalinitas rendah.

Para peneliti juga membagikan data yang direkam oleh IAP China dan Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (National Oceanic and Atmospheric Administration) dalam penelitian tersebut.

Cheng menyerukan lebih banyak upaya penelitian global terkait pemanasan laut. "Setiap aktivitas atau kesepakatan untuk mengatasi pemanasan global harus dibarengi dengan pemahaman lautan sudah menyerap panas dalam jumlah besar dan akan terus menyerap energi berlebih dalam sistem Bumi."



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x