Kompas TV internasional kompas dunia

Inggris Kembali Terapkan Lockdown Hingga Pertengahan Februari

Kompas.tv - 5 Januari 2021, 04:12 WIB
inggris-kembali-terapkan-lockdown-hingga-pertengahan-februari
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyaksikan perawat Jennifer Dumasi sedang disuntik vaksin Covid-19 buatan Oxford-AstraZaneca, dalam kunjungan pada program vaksinasi di Rumah Sakit Chase Farm di utara London, Senin, 4 Januari 2021. (Sumber: Associated Press)
Penulis : Tussie Ayu

LONDON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan lockdown nasional hingga setidaknya pada pertengahan Februari. Kebijakan baru ini diumumkan pada Senin (4/1/2021) untuk menekan laju virus corona yang hingga kini masih menyebar dengan cepat di Inggris.

PM Johnson mengatakan, warga Inggris harus tinggal di rumah lagi, seperti ketika kebijakan ini diberlakukan pertama kali di Inggris pada bulan Maret 2020 lalu. Lockdown kali ini diberlakukan karena adanya virus corona varian baru yang menyebar dengan cepat dan mengkhawatirkan.

"Saat saya berbicara dengan Anda malam ini, rumah sakit kami berada di bawah tekanan lebih dari kapan pun sejak dimulainya pandemic Covid-19," katanya seperti dikutip dari the Associated Press.

Baca Juga: Penyebaran Virus Masih Tinggi, Inggris Berencana Perpanjang Lockdown

Di bawah aturan baru, yang akan diberlakukan secepat mungkin, sekolah dasar dan menengah serta perguruan tinggi akan ditutup untuk pembelajaran tatap muka, kecuali untuk anak-anak dari pekerja esensial. Mahasiswa universitas tidak akan kembali ke kampus hingga setidaknya pertengahan Februari.

Semua toko dan layanan perawatan pribadi non-esensial seperti salon akan ditutup. Sedangkan restoran hanya dapat beroperasi untuk layanan yang dibawa pulang.

Hingga Senin, terdapat 26.626 pasien Covid-19 di rumah sakit di Inggris. Jumlah ini meningkat lebih dari 30% dibandingkan satu minggu lalu. Jumlah itu juga lebih tinggi sebanyak 40% dibandingkan dengan jumlah pasien terbanyak yang terjadi pada gelombang pertama Covid-19 di Inggris.

Inggris telah menjadi tempat lonjakan kasus virus corona yang mengkhawatirkan dalam beberapa pekan terakhir, karena adanya varian baru virus corona yang lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Pihak berwenang telah mencatat lebih dari 50.000 infeksi baru dalam satu hari. Pada hari Senin, mereka melaporkan sebanyak 407 kematian terkait virus. Jumlah ini membuat total kematian di Inggris menjadi 75.431 orang, dan menjadi salah satu yang terburuk di Eropa.

Baca Juga: Inggris Aktifkan Kembali Rumah Sakit Darurat London di Tengah Lonjakan Kasus Positif Covid-19

Kepala petugas medis Inggris memperingatkan, tanpa tindakan lebih lanjut, layanan kesehatan nasional di Inggris akan kewalahan selama 21 hari ke depan.

Beberapa jam sebelumnya, pemimpin Skotlandia Nicola Sturgeon juga memberlakukan lockdown di negaranya hingga akhir Januari.

Mulai Selasa, orang-orang di Skotlandia akan diminta untuk tinggal di rumah, kecuali untuk alasan yang sangat penting. Di bawah aturan baru, warga Skotlandia dapat keluar untuk berolahraga, tetapi hanya dapat bertemu satu orang dari rumah tangga lain. Sekolah akan tetap ditutup hingga Februari, kecuali untuk anak-anak dari pekerja esensial dan mereka yang berada dalam perawatan sosial.

"Saya lebih prihatin tentang situasi yang kita hadapi sekarang daripada yang pernah saya alami sejak Maret tahun lalu," kata Sturgeon seperti dikutip dari the Associated Press.

Skotlandia, yang mengontrol kebijakan kesehatannya sendiri di bawah sistem devolusi pemerintah Inggris, sering memberlakukan pembatasan virus corona yang lebih ketat daripada di Inggris.

Pengumuman itu dikeluarkan pada hari otoritas kesehatan Inggris mulai menerapkan vaksin Oxford-AstraZeneca di seluruh negeri, yang memicu harapan bahwa kehidupan dapat mulai kembali normal pada musim semi.

Inggris telah mengamankan sebanyak 100 juta dosis vaksin Oxford-AstraZeneca, yang lebih murah dan lebih mudah digunakan daripada vaksin produksi perusahaan pesaingnya. Vaksin ini tidak memerlukan penyimpanan super dingin seperti yang diperlukan untuk vaksin Pfizer.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x