Kompas TV internasional kompas dunia

Matahari Buatan Korea Selatan Menyala Lebih Lama, Catat Rekor Dunia Baru

Kompas.tv - 29 Desember 2020, 11:51 WIB
matahari-buatan-korea-selatan-menyala-lebih-lama-catat-rekor-dunia-baru
Perangkat fusi superkonduktor atau matahari buatan KSTAR, yang dikembangkan para peneliti Korea Selatan dan Amerika Serikat. Operasi matahari buatan ini pecahkan rekor dunia baru dengan durasi operasi plasma 20 detik dengan suhu lebih dari 100 juta derajat Celcius. (Sumber: NATIONAL RESEARCH COUNCIL OF SCIENCE AND TECHNOLOGY/PHYS)
Penulis : Theo Reza

SEOUL, KOMPAS.TV – Matahari Buatan milik Korea Selatan berhasil mencatat rekor dunia tertinggi dengan mempertahankan plasma bersuhu tingginya selama 20 detik.

Perangkat fusi superkonduktor atau matahari buatan ini dikembangkan Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR) dengan studi bersama Seoul National University dan Columbia University Amerika Serikat.

Waktu 20 detik ini memecahkan rekor pengoperasian yang dicatatkan KSTAR tahun lalu yaitu 8 detik.

Dengan durasi ini, matahari buatan Korsel ini berhasil menyala lebih lama dari matahari buatan China yang berhasil menyala pada awal desember lalu.

Baca Juga: China Sukses Nyalakan Matahari Buatan, Reaktor Fusi Nuklir Canggih untuk Pertama Kalinya

Dilansir dari Kompas.com, di tahun 2018 matahari buatan milik KSTAR ini mencapai suhu 100 juta derajat celcius untuk pertama kalinya namun hanya bisa bertahan selama 1,5 detik

Si Woo Yoon Direktur Pusat Penelitian KSTAR jelaskan, teknologi yang dibutuhkan untuk operasi jangka panjngg 100 juta plasma adalah kunci realisasi energi fusi.

"Dan keberhasilan KSTAR dalam mempertahankan plasma bersuhu tinggi selama 20 detik akan menjadi titik balik penting dalam percobaan operasi plasma berkinerja tinggi, komponen penting dari reaktor fusi nuklir komersial di masa depan," jelas dia.

Tujuan akhir dari matahari buatan KSTAR ini diharapkan dapat berhasil melakukan operasi plasma berkelanjutan selama 300 detik dengan suhu ion lebih tinggi dari 100 uta derajat Celcius.

Energi fusi nuklin sendiri sudah lama diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan energi yang secara teori hidrogen dari air laut dapat digunakan seabgai bahan bakar.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x