Kompas TV kolom opini

Kembali ke Titik Nol

Kompas.tv - 24 Desember 2020, 15:50 WIB
kembali-ke-titik-nol
Selamat Natal. Et in terra pax homibus bonae voluntatis, dan damai di bumi bagi semua orang yang berkehendak baik. (Sumber: Pixabay)

Oleh: Trias Kuncahyono, Jurnalis Harian Kompas


Pertama

Tak berlebihan kalau tahun ini disebut sebagai Annus horribilis, tahun yang mengerikan, zaman penuh kesengsaraan, zaman Kalabendu. Dampak pandemi Covid-19 demikian dahsyat terhadap kehidupan manusia. Hingga tanggal 23 Desember, dari 78.950.072 kasus di seluruh dunia yang tercatat, 1.735.179 meninggal.  

Pandemi Covid-19 ini telah merusak berbagai sendi kehidupan manusia. Banyak keluarga berduka karena kehilangan sanak saudara. Banyak pula yang kehilangan pekerjaan. Anak-anak yang harus belajar di rumah kehilangan kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya.

Meminjam istilah yang digunakan Romo Muji Sutrisno, pandemi Covid-19 ibarat tombol reset. Reset berarti mengatur ulang. Jadi apa pun itu yang direset akan kembali ke pengaturan awalnya. Kembali ke titik awal. Kembali ke titik nol.

Reset juga berarti menghapus semua data yang dibuat sehingga membuat memori penyimpanan kosong, seperti waktu awalnya. Orang harus lebih banyak tinggal di rumah atau sepenuhnya tinggal di rumah, untuk memutus rantai penularan. Rumah menjadi sekolah, kantor dan banyak lagi. Covid-19 telah mendorong konsumen online lebih cepat dari yang diharapkan.

Maka itu, para karyawan, pegawai kemudian bekerja dari rumah (WFH). Mal-mal sepi. Kafe-kafe sepi. Pasar sepi. Restoran sepi. Terminal sepi. Bandara sepi. Pelabuhan sepi. Tempat-tempat tujuan wisata, juga sepi.

Orang tidak hanya harus kembali mengatur cara bekerjanya, tetapi juga cara hidupnya. Trauma telah memaksa setiap orang -kaya-miskin, tua-muda, laki-perempuan- untuk menilai kembali kehidupan mereka, dari tempat tinggal hingga apa yang mereka lakukan. Dunia berubah begitu cepat, dan dengan konsekuensi ekonomi dan kesehatan yang menghancurkan.

Bagi banyak orang, kelangsungan hidup memerlukan perubahan besar, menyeluruh. Orang dipaksa untuk membuat pilihan bijak dalam segala hal: mana yang merupakan kebutuhan utama dan mana yang hanya pelengkap. Orang juga dipaksa untuk tidak egoistis, memikirkan diri sendiri, tetapi harus memikirkan orang lain. Karena ketidakpedulian pada sesama, akan berakibat fatal.

Kedua



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x