Dry Land, Solusi Pertanian Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi beras terbesar di dunia. Bahkan, akibat pertambahan penduduk sebesar satu koma tiga persen setiap tahunnya, tuntutan pemenuhan bahan pangan pun semakin meningkat. Di lain sisi, selain mewujudkan swasembada pangan, Indonesia juga berambisi menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045. 

Ironisnya, pelandaian produktivitas padi sudah terjadi sejak tiga puluh lima tahun silam.  Ditambah lagi, terjadi alih fungsi sekitar 40 ribu hektar per tahun lahan pertanian.  Padahal Indonesia memiliki potensi lahan kering seluas 144 koma 47 juta hektar atau 76,20% dari total luas daratan Indonesia 191,09 juta hektar. 

Baca Juga: Petani Milenial Kembangkan Pertanian Organik Terintegrasi

Lantas bagaimana mencapai target besar itu? Teknologi pengelolaan lahan kering  sepatutnya mendapatkan perhatian guna membantu mendongkrak produksi, terutama tanaman pangan. 

Dalam pengelolaan pertanian di lahan kering, air menjadi kunci utama. Guna meningkatkan produktifitas di lahan kering, beberapa teknologi pengelolaan air telah diperkenalkan. Misalnya teknologi panen air seperti pembuatan embung, dam parit, sumur dangkal, dan long storage. 

Selain itu, pemilihan kombinasi teknologi dalam pengembangan lahan kering harus pula disesuaikan jenis tanah dan komoditas yang akan dikembangkan. Pasalnya, setiap jenis tanah punya masalah yang spesifik, dan tanaman mempunyai kebutuhan yang khusus. Sumber daya lahan yang luas tidak bisa diandalkan, tanpa adanya upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan, di antaranya melalui konsep precision farming, dan indeks kualitas tanah serta indeks kualitas lahan. 

Baca Juga: Sosok Petani Milenial Kembangkan Pertanian Organik

Dengan menggunakan teknologi dry land, kualitas dan produktifitas lahan dapat ditingkatkan untuk pengembangan tanaman padi. Selain itu, pengetahuan  dan  keterampilan  petani dalam upaya mendukung pertanian presisi padi di lahan kering pun semakin meningkat. 

Potensi sumber daya itulah yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian Pertanian dan para petani untuk proses produksi, agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan para petani melalui inovasi teknologi dan kearifan lokal, dan tercapainya dan pemantapan swasembada padi.