Kompas TV nasional peristiwa

Polisi Tambah Pasukan Pengamanan di Sejumlah Mal, Antisipasi Ramainya Seruan Boikot Produk Prancis

Kompas.tv - 5 November 2020, 17:31 WIB
polisi-tambah-pasukan-pengamanan-di-sejumlah-mal-antisipasi-ramainya-seruan-boikot-produk-prancis
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus. (Sumber: KOMPAS.com/ MELVINA TIONARDUS)
Penulis : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV - Seruan aksi boikot produk asal Prancis terus bermunculan di berbagai media.

Hal itu sebagai bentuk protes serta kekecewaan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap telah melakukan penistaan agama Islam berskala dunia.

Baca Juga: Kronologi Pemuda Islam Borong Produk Perancis Lalu Dibakar Bersama Poster Macron

Atas munculnya hal ini, Polda Metro Jaya akan melakukan pengamanan di sejumlah titik pusat perbelanjaan atau mal.

"Pengamanan (dilakukan), mengingat situasi dan fenomena yang sedang ramai ini beberapa tempat-tempat produk nanti akan kita siapkan beberapa pengamanan, contoh di mal-mal, misalnya," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Kamis (5/11/2020). 

Yusri menegaskan, sejauh ini pengamanan sudah dilakukan oleh petugas keamanan mal. 

Hanya saja kemungkinan akan dilakukan penambahan personel atau pasukan dari kepolisian. 

"Sudah ada pengamanan objek vital. Nanti ada sabhara juga di sana. Nanti kita siapkan lapis pengamanan di sana," kata Yusri. 

Yusri mengatakan, hal yang dilakukan masyarakat itu merupakan penyampaian pendapat. 

Namun tetap harus dilakukan secara tertib dan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat lainnya. 

"Itu mereka menyampaikan aspirasinya. Walaupun kita mengharapkan, berpikir jernih ada aturan hukum di sini. Percayakan kepada pemerintah," katanya. 

Baca Juga: Demo Kecam Sikap Presiden Perancis Soal Kartun Nabi

Sebagaimana diketahui, Presiden Macron beberapa waktu lalu mengomentari pembunuhan terhadap seorang guru di luar Kota Paris yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di kelas terkait dengan pelajaran kebebasan berekspresi. 

Menurut Macron, aksi pembunuhan ini merupakan serangan terhadap kebebasan berbicara sehingga pihaknya menyebut akan melawan "separatisme Islam" yang ada di negara itu. 

Pernyataannya itu memicu reaksi negatif dari berbagai pihak di dunia, khususnya negara-negara yang dihuni oleh penduduk Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, dan Kuwait.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x