Kompas TV internasional kompas dunia

Perempuan Berdarah Batak Ikut Pilkada di Melbourne

Kompas.tv - 21 Oktober 2020, 13:06 WIB
perempuan-berdarah-batak-ikut-pilkada-di-melbourne
Santi Whiteside bersama Perdana Menteri Australia Scott Morrison. (Sumber: Koleksi pribadi via ABC Indonesia)
Penulis : Tussie Ayu

MELBOURNE, KOMPAS.TV – Santi Whiteside adalah seorang perempuan berdarah Batak yang sudah menetap di Australia selama 20 tahun. Kini dia memutuskan untuk terjun ke dalam politik praktis dengan menjadi salah satu kandidat ‘councillor’ di kawasan Whitehorse, sebelah timur kota Melbourne.

'Councillor' adalah pejabat yang dipilih melalui pemilihan untuk 'council' atau Dewan Pemerintah setingkat kabupaten atau kota. Salah satu dari 'councillor' sekaligus akan menjadi walikota atau 'mayor'.

Ia mengaku pada awalnya tak terpikir untuk terjun dalam dunia politik di Australia. Namun dukungan dari teman-teman dan komunitasnya, akhirnya mendorong Santi untuk mencalonkan diri.

Baca Juga: Hotman Paris Bangga Pada Marissa Hutabarat: Darah Batak jadi Hakim di Amerika!

"Salah satu alasan saya ingin ikut tahun ini adalah agar lebih banyak warga Indonesia [di Australia] yang terjun ke dunia politik Australia, untuk kehidupan warga yang lebih baik," kata Santi seperti dilansir dari ABC Indonesia.

Selama ini, Santi memang aktif di sejumlah organisasi kemasyarakatan di Melbourne. Beberapa organisasi yang diikutinya secara aktif adalah Perhimpunan Warga Indonesia di Victoria, dimana Santi dipercaya sebagai Wakil Presiden di organisasi tersebut. Selain itu, dia juga aktif di perkumpulan kuliner Indonesia dan menjadi komite di perkumpulan warga India di Australia.

Baca Juga: Terpilih Jadi Hakim di Amerika, Marissa Hutabarat: Ayah Saya dari Indonesia

"Meskipun saya berdarah Batak, tapi sudah lama saya tertarik dengan budaya India," katanya.

Menurutnya, jika terpilih sebagai ‘councillor’, dia akan mengangkat berbagai  masalah yang dihadapi warga. Dengan latar belakang Santi yang dekat dengan banyak budaya, dia akan mampu mewakili masyarakat dengan budaya yang beragam.

Menurutnya, masalah yang kerap dihadapi warga adalah terkait dengan kesejahteraan, lapangan kerja dan kesehatan mental.

Sejak 15 tahun lalu, Santi memang telah menjadi warga negara Australia. Namun demikian, dia mengaku masih memegang teguh nilai dan budaya Indonesia. Justru statusnya sebagai warga negara Australia, dia gunakan untuk lebih memperkenalkan budaya Indonesia di negeri kanguru ini.

"Saya tetap bangga dengan adat Indonesia dan nilai-nilai yang dibesarkan keluarga saya dan sekarang saya mengakui sebagai seorang warga Australia dengan nilai-nilai Indonesia yang kuat," ujarnya.

Baca Juga: Profil Marissa Hutabarat, Wanita Keturunan Indonesia Terpilih Jadi Hakim di Amerika

Untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, menurutnya di Australia tidak membutuhkan modal yang besar. Menurutnya, biaya terbesar yang dia keluarkan untuk kampanye adalah untuk membuat materi kampanye seperti poster dan iklan di media.

Kampanye di Tengah Pandemi

Mencalonkan diri dalam pilkada di masa pandemi, tentu memiliki tantangan tersendiri. Saat ini, negara bagian Victoria menerapkan berbagai pembatasan aktivitas akibat virus corona. Dalam pilkada kali ini, para kandidat ‘councillor’ di negara bagian Victoria tidak dapat melakukan kampanye tatap muka.

Sebagai gantinya, Santi banyak berkomunikasi dengan warga melalui telepon atau email, untuk mengetahui langkah apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan di daerahnya.

Namun demikian, Santi mengaku tidak terlalu berharap dalam pemilihan kali ini. Tapi dia akan menjadikan pemilihan kali ini sebagai ajang untuk belajar politik praktis di Australia, sebagai bekal untuk pemilihan selanjutnya empat tahun mendatang.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x