Ini Dia Pengalaman Milenials Soal Bermusyawarah!

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pernah nggak ketika kamu dalam sebuah rapat, lalu peserta lainnya berdebat dan nggak mau dengar pendapat orang lain? Nah, musyawarah mufakat adalah jawaban untuk mengambil keputusan bersama.

Musyawarah harus dikedepankan untuk menyelesaikan masalah demi persetujuan bersama. Jadi, jangan mau menang sendiri.

Musyawarah mufakat mengutamakan persaudaraan, kebersamaan, saling menghormati, dan gotong royong.

Lalu bagaimana pengalaman sejumlah milenial dalam kehidupan sehari-hari?

"Pengalaman musyawarah aku pernah ya karena aku datang dari masyarakat suku Batak, jadi setiap kali kita ada acara adat pasti kita selalu melakukan musyawarah kalau di tempat aku namanya Runggu gitu," ujar Edika.

"Pengalaman musyawarah gua baru-baru ini yaitu musyawarah soal penutupan jalan menuju akses tempat gua tinggal disini." ujar Ipang yang bermusyawarah di kehidupan masyarakat saat pandemi Corona.

"Masih tetap bermusyawarah saat Komite sekolah anak di TK anak saya tuh terakhir aja, terakhir baru banget waktu wisuda mau kenaikan apa wisuda kelulusan TK lagi pandemi gini gimana nih apakah ada prosesi wisuda kaya gitu. Jadi, sekolah juga menyerahkan kepada orangtua jadi kita juga rapat sama-sama di grup WA," ujar Nara.

Sementara itu menurut Dewan Pengarah BPIP Buya Syafii Maarif Musyawarah merupakan perwujudan Pancasila dalam sila keempat.

"Itu kan kalau kita lihat urutan Pancasila dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi dasar terdapat dalam sila keempat ya, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, ada musyawarah disana toh, nah itu," ujar Buya Syafii.

Selain itu menurutnya musyawarah artinya menempatkan manusia pada kedudukan yang sama.

"Jadi musyawarah tuh artinya menempatkan manusia kedudukan sama. Bermusyawarah itu menganggap manusia itu sama kedudukannya," ujar Buya Syafii.