Kompas TV entertainment selebriti

Dianggap Sarkas soal Wawancara Bangku Kosong Menkes Terawan, Najwa Shihab Buka Suara

Kompas.tv - 30 September 2020, 17:48 WIB
dianggap-sarkas-soal-wawancara-bangku-kosong-menkes-terawan-najwa-shihab-buka-suara
Jurnalis sekaligus presenter Najwa Shihab (Sumber: Instagram/najwashihab)
Penulis : Ade Indra Kusuma

JAKARTA, KOMPAS.TV - Mata Najwa baru-baru menjadi perbincangan lantaran mewawancara kursi kosong di acaranya. Wawancara imajiner yang terjadi, sejatinya mengundang Menkes Terawan, namun sang menteri berhalangan hadir.

Dituding melakukan tindakan sarkasme dan melakukan wawancara imajiner. Najwa Shihab langsung angkat bicara dan menegaskan apa yang telah dilakukan. 

Menurutnya treatment menghadirkan bangku kosong, adalah hal yang wajar, terlebih di negara demokrasi seperti yang berlaku di Tanah Air.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

#CatatanNajwa Di Indonesia, treatment menghadirkan bangku kosong ini mungkin baru sehingga terasa mengejutkan. Namun, sejujurnya, ini bukan ide yang baru2 amat. Di negara dgn tradisi demokrasi dan debat yang lebih panjang dan kuat, misalnya Inggris atau Amerika, menghadirkan bangku kosong yang mestinya diisi pejabat publik sudah biasa. Treatment ini juga berbeda dengan format wawancara imajiner. Pertama, pada dasarnya saya tidak sedang melakukan wawancara, saya hanya sedang mengajukan pertanyaan. Pertanyaan, kan, tidak harus diajukan secara tatap muka. Bisa dilakukan secara jarak jauh dengan perantara macam-macam medium. Kedua, ini juga tidak imajiner karena (a) pertanyaan yang saya ajukan memang bukan imajiner dan saya juga tidak mengarang atau membuatkan jawaban2 fiktif seolah-olah saya sudah berdialog dengan Pak Terawan; (b) Pak Terawan juga sosok yang eksis dan hidup, sehingga Pak Terawan bisa menjawabnya kapan saja, bahkan sejujurnya boleh menjawabnya di mana saja. Sebagai pengampu Mata Najwa, tentu saya berharap ia bersedia hadir di program saya. Namun, sebagai bagian dari komunitas pers lebih luas dan juga seorang warga negara, saya sudah cukup senang jika Pak Menteri menjawab kegelisahan publik walau itu tidak dilakukan di #MataNajwa. Sebab kerja-kerja mengawasi proses politik dan pengambilan kebijakan adalah tugas bersama, dan saya percaya @Narasi.tv tidak sendirian melakukannya. Saya memikirkan dengan cukup masak saat menghadirkan bangku kosong ini, termasuk risiko dituduh melakukan persekusi atau bullying. Saya berkeyakinan, elite pejabat, apalagi eksekutif tertinggi setelah presiden, bukanlah pihak yang less power -- aspek penting yang menjadi prasyarat sebuah tindakan bisa disebut persekusi atau bullying. Sulit menganggap pejabat elite adalah pihak yang lemah. Saya tidak cemas dengan Pak Terawan, karena seorang yang menjadi menteri pastilah sosok mumpuni dan berpengalaman. Yang kita cemaskan adalah perkembangan pandemi ini. Dan karena itulah Pak Terawan menjadi penting karena, betapa pun banyaknya tim ad-hoc yang dibentuk, urusan kesehatan tetaplah pengampunya adalah Menteri Kesehatan. #MataNajwaMenantiTerawan

A post shared by Najwa Shihab (@najwashihab) on

"Sejujurnya, ini bukan ide yang baru2 amat. Di negara dgn tradisi demokrasi dan debat yang lebih panjang dan kuat, misalnya Inggris atau Amerika, menghadirkan bangku kosong yang mestinya diisi pejabat publik sudah biasa," ujarnya melalui akun Instagramnya pada Selasa (29/9/2020), 

"Treatment ini juga berbeda dengan format wawancara imajiner," ujarnya.

"Pertama, pada dasarnya saya tidak sedang melakukan wawancara, saya hanya sedang mengajukan pertanyaan, Pertanyaan kan, tidak harus diajukan secara tatap muka. Bisa dilakukan secara jarak jauh dengan perantara macam-macam medium,"

"Ini juga tidak imajiner karena (a) pertanyaan yang saya ajukan memang bukan imajiner dan saya juga tidak mengarang atau membuatkan jawaban2 fiktif seolah-olah saya sudah berdialog dengan Pak Terawan."

"(b) Pak Terawan juga sosok yang eksis dan hidup, sehingga Pak Terawan bisa menjawabnya kapan saja, bahkan sejujurnya boleh menjawabnya di mana saja," terangnya.

"Sebagai pengampu Mata Najwa, tentu saya berharap ia bersedia hadir di program saya."

"Namun, sebagai bagian dari komunitas pers lebih luas dan juga seorang warga negara, saya sudah cukup senang jika Pak Menteri menjawab kegelisahan publik walau itu tidak dilakukan di #MataNajwa,"

"Sebab kerja-kerja mengawasi proses politik dan pengambilan kebijakan adalah tugas bersama, dan saya percaya @Narasi.tv tidak sendirian melakukannya," ujarnya.

Ya, Najwa Shihab bahkan telah memikirkan berbagai resiko atas tindakannya melayangkan undangan secara terbuka itu.

"Saya memikirkan dengan cukup masak saat menghadirkan bangku kosong ini, termasuk risiko dituduh melakukan persekusi atau bullying."

"Saya berkeyakinan, elite pejabat, apalagi eksekutif tertinggi setelah presiden, bukanlah pihak yang less power -- aspek penting yang menjadi prasyarat sebuah tindakan bisa disebut persekusi atau bullying. Sulit menganggap pejabat elite adalah pihak yang lemah," jelasnya.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.