Kompas TV internasional kompas dunia

Swedia Tekan Laju Covid 19 Tanpa Lockdown, Bagaimana Caranya?

Kompas.tv - 14 September 2020, 17:39 WIB
swedia-tekan-laju-covid-19-tanpa-lockdown-bagaimana-caranya
Masyarakat di Swedia berolahraga di luar dengan menjaga jarak fisik, di tengah wabah virus corona yang sedang merebak. Foto diambil di Stockholm pada 6 April 2020. (Sumber: TT NEWS AGENCY via REUTERS)
Penulis : Tussie Ayu

STOCKHOLM, KOMPAS.TV- Setiap negara memiliki strategi yang berbeda-beda dalam menekan laju penyebaran Covid 19. Demikian pula dengan Swedia, yang sejak kemunculan Covid 19 di awal tahun 2020, tidak menerapkan strategi lockdown. Namun ternyata angka Covid 19 di Swedia kini mulai turun. Lalu strategi apa yang dilakukan negara Skandinavia ini?

Tingkat infeksi Covid 19 di Swedia pernah menjadi salah satu yang tertinggi di Eropa. Namun ketika negara-negara Eropa lain tengah mengalami kemunculan gelombang kedua, tingkat infeksi di Swedia kini cenderung menurun.

Daily Mail pada Jumat (11/9/2020) memberitakan, Swedia melakukan sejumlah tes virus Corona pekan lalu. Berdasarkan hasil tes tersebut, hanya 1,2 persen warga yang positif. Angka ini merupakan yang terendah di sana sejak pandemi.

Padahal selama ini, toko-toko, sekolah, restoran dan kantor di Swedia tetap buka. Rakyatnya pun tidak diharuskan untuk tetap berada di rumah. Bahkan seorang ahli epidemiologi di negara Nordik ini juga tidak memandang masker sebagai cara yang efektif untuk menekan lajunya virus.

Ternyata kunci keberhasilan Swedia adalah dengan selalu taat melakukan dua hal mendasar, yaitu cuci tangan dan melakukan social distancing.

“Alasan di balik penularan yang relatif rendah saat ini adalah karena banyak warga Stockholm yang mengikuti anjuran untuk tetap di rumah saat sakit, mencuci tangan dan menjaga jarak,” ujar Per Follin, Kepala Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Stockholm.

Selain itu masyarakat Swedia juga memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada pemerintahnya. Melakukan anjuran pemerintah dianggap sebagai perbuatan sukarela dan bukan merupakan paksaan.

Hasil yang menggembirakan ini membuat Swedia dihapus dari daftar negara karantina Inggris. Negara penyelenggara penghargaan Nobel ini pun mulai menata diri dan membuka kembali pariwisata dan perekonomiannya.

WHO juga memberikan apresiasi kepada Swedia dan menyebut strategi ini sebagai model berkelanjutan untuk mengatasi virus. Para petinggi Swedia mengatakan akan menerapkan model pembatasan lunak ini untuk waktu yang lebih lama.

Pada pertengahan Juni 2020 lalu, tingkat infeksi Swedia adalah yang tertinggi di Eropa. Hasil skrining menunjukkan lebih dari 1000 orang positif Covid 19 per hari. Kemudian pada 15 Juni Swedia mencatatkan rata-rata 101 kasus per 1 juta orang per hari dalam 1 pekan. Bahkan angka kematian di Swedia sempat lebih banyak daripada gabungan kematian di Norwegia, Denmark dan Finlandia dengan 5.843 kematian.

Akan tetapi kini situasinya berbalik total. Saat ini infeksi virus Corona melonjak di sebagian besar Eropa, namun mencapai titik terendah di Swedia. Swedia mengumumkan 7.131 kasus baru pada Agustus. Jumlah ini turun dari 11.971 kasus di Juli bahkan 30.909 di Juni. Tingkat infeksi tertinggi di Eropa Barat kini dipegang Spanyol (200 kasus per 1 juta orang) dan Perancis (118). Swedia jauh di bawah mereka dengan 17 kasus per 1 juta warganya.

"Tujuan dari pendekatan kami adalah agar masyarakat sendiri yang memahami kebutuhan untuk mematuhi rekomendasi dan anjuran yang ada," kata Kepala Badan Kesehatan Johan Carlson dalam sebuah konferensi pers.

Meski begitu para ilmuwan belum sepenuhnya yakin berapa banyak atau berapa lama kekebalan muncul setelah pulih dari Covid-19. Studi dari Royal Society of Medicine Inggris bulan lalu menemukan, hanya 15 persen orang di Stockholm yang memiliki antibodi virus ini pada Mei 2020.
 



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x