Kompas TV brandsight
BrandSight
Konten ini merupakan kerjasama KompasTV dengan P&G

Bagaimana Industri Berupaya Menjaga Kelestarian Lingkungan untuk Masa Depan?

Kompas.tv - 10 September 2020, 04:47 WIB
Penulis : Abdur Rahim

JAKARTA, KOMPAS.TV – Perubahan iklim dan sampah plastik sekali pakai masih menjadi dua persoalan lingkungan yang menghantui dunia dan harus diatasi secepat mungkin demi kelestarian lingkungan.

Emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca yang diproduksi manusia, misalnya, merupakan pendorong utama perubahan iklim. Hal ini berkaitan erat dengan kenaikan suhu permukaan bumi.

Mengutip ourworldindata.org, dalam beberapa dekade terakhir suhu permukaan bumi secara global meningkat dengan tajam. Hingga 2019, rata-rata kenaikan suhu global berada di kisaran 1 hingga 1,2 derajat Celcius.

Meskipun angkanya terlihat kecil, kenaikan suhu global bisa berdampak negatif pada iklim dan sistem alam. Bahkan, jika kenaikannya mencapai 2 derajat Celcius pada 2030 mendatang, dapat menyebabkan bencana besar untuk bumi dan manusia.

“Beberapa efek yang mungkin terjadi antara lain hawa panas yang ekstrem, kenaikan permukaan laut, kegagalan panen, dan matinya koral di lautan,” papar Director World Resources Institute Indonesia Nirarta Samadhi seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (27/11/2019). 

Sementara itu, untuk permasalahan sampah plastik, data dari ourworldindata.org menunjukkan, jumlah plastik yang diproduksi dunia sejak 1950-2015 mencapai 8.300 juta ton.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.600 juta ton atau 55 persen sampah plastik dibuang ke tempat penampungan akhir (TPA). Sebanyak 700 juta ton (8 persen) sampah dibakar. Sementara itu, hanya 6 persen atau sekitar 500 juta ton yang diproses daur ulang.

Karena membutuhkan waktu yang lama untuk terurai secara alami, banyak sampah plastik yang berakhir mencemari lingkungan dan laut. Akibatnya, mengutip nationalgeographic.com, Jumat (7/6/2019), jutaan hewan terbunuh oleh plastik setiap tahun, mulai dari burung, ikan, hingga hewan laut lainnya.

Menyadari beragam bahaya yang ditimbulkan, masyarakat global pun mulai melakukan perubahan demi kelestarian lingkungan di masa depan.

Kesadaran dunia

Pada 2015 lalu, sebanyak 195 negara peserta Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Paris, Prancis mengeluarkan Kesepakatan Paris (Paris Agreement) untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Lewat kesepakatan tersebut, negara-negara yang terlibat berkomitmen bersama dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga ambang batas kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius serta berupaya menekannya hingga 1,5 derajat Celcius.

Sementara itu, saat ini masyarakat pun sudah mulai sadar dan peduli akan kelestarian lingkungan. Misalnya, beralih menggunakan kantong belanja ramah lingkungan yang bisa dipakai berulang kali sebagai pengganti kantong plastik sekali pakai dan mengurangi penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, seperti sedotan plastik dan alat makan sekali pakai.

Muncul pula gerakan-gerakan sustainable living yang mengajak masyarakat untuk hidup berkesadaran guna meminimalisasi dampak buruk dari sampah plastik. Lebih jauh, dalam pemilihan produk yang dikonsumsi sehari-hari pun, banyak masyarakat yang mulai memilih produk-produk ramah lingkungan.

Langkah nyata industri

Langkah serupa juga dilakukan oleh para pelaku industri, termasuk perusahaan fast moving consumer goods (FMCG). Contohnya, P&G, salah satu perusahaan FMCG berskala global.

Baru-baru ini, P&G menegaskan kembali komitmen dan visi berkelanjutan perusahaan untuk menetralisasi dan mengurangi tingkat emisi karbon sebanyak 50 persen pada 2030 mendatang.

Untuk diketahui, P&G Global telah memiliki komitmen terkait keberlanjutan lingkungan sejak 2010 lalu sebagai salah satu fokus pilar dalam program Citizenship. Kemudian, P&G juga telah merilis P&G Sustainability Goals pada Earth Week 2018.

Dalam satu dekade ke depan, P&G di seluruh dunia akan mengurangi separuh emisi gas rumah kaca pada proses produksi, meningkatkan efisiensi energi, membuat kemasan produk yang 100 persen bisa didaur ulang, dan menggunakan 100 persen listrik terbarukan secara global.

Untuk mencapai target tersebut, P&G mengurangi penggunaan air dan palm oil serta menerapkan proses produksi dan operasional usaha yang eco-friendly.

Data terbaru P&G menunjukkan, hingga Agustus 2020, setengah dari target komitmen sudah terlampaui. P&G Global telah berhasil mengurangi 25 persen efek rumah kaca, mengurangi 21 persen penggunaan energi, dan meningkatkan kesadaran mendaur ulang kemasan bekas barang-barang kebutuhan hingga 92 persen.

Pada 2020, P&G juga sudah mengurangi 27 persen penggunaan air dalam proses produksi serta meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan sebesar 13 persen.

Program khusus P&G Indonesia

Di Indonesia, P&G pun turut melaksanakan komitmen menjaga kelestarian lingkungan tersebut. Selama lebih dari 30 tahun berada di Indonesia, P&G selalu memastikan setiap aktivitas yang dilakukan mempertimbangkan aspek lingkungan yang berkelanjutan, baik dari produksi, packaging, supply produk, pemasaran, dan lain-lain.

Kegiatan dan inisiatif P&G di Indonesia pun lingkup upayanya meliputi keseluruhan proses produksi, rantai suplai, kesadaran para karyawan, dan inovasi produk yang senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan serta memastikan adanya keberlanjutan ekosistem.

Untuk mendukung sustainability di proses produksi, P&G Indonesia menerapkan prinsip responsible consumption dengan program perbaikan berkelanjutan, seperti efisiensi penggunaan air dan energi di dalam kegiatan sehari-hari di pabrik serta menerapkan zero waste to landfill.

Khusus pengurangan energi, sejak 2012, plant (pabrik) di Karawang sudah berhasil mengurangi energy footprint lebih dari 90 persen dengan pengurangan year-on-year (YoY) sebesar 9 persen dari tahun sebelumnya.

Senior Director P&G Indonesia Bharath Sesadri mengatakan, pabrik P&G di Karawang telah tersertifikasi Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) dari US Green Building Council sejak berdiri di 2012 hingga sekarang dan akan menerapkan prinsip yang sama untuk pengembangan pabrik kedepannya.

“Kalau tidak ada aktivitas pergerakan di dalam ruangan, sensor akan mendeteksi dan lampu otomatis mati. Sebanyak 21 persen dari total air yang digunakan untuk keseluruhan produksi di pabrik serta kegiatan operasional merupakan hasil daur ulang,” imbuh Barath yang juga menjabat sebagai Leader untuk P&G Operations Indonesia (P&G Jakarta Plant). 

Dalam proses produksi, plant Karawang tidak lagi memakai solar sebagai bahan bakar mesin boiler, tetapi telah beralih menggunakan gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN) yang memiliki emisi karbon dioksida (CO2) yang jauh lebih rendah dibandingkan solar.

Selain itu, plant Karawang juga memiliki kew garden yang berisi tanaman herbal dan dimanfaatkan untuk dalam proses pembuatan essence untuk sampo atau pewangi pakaian. Langkah ini merupakan bagian dari program penghijauan di dalam lingkungan pabrik.

Sampah-sampah dari proses produksi ataupun konsumsi karyawan di plant juga didaur ulang dan sebagian dijadikan material mainan di dalam daycare yang terletak di kawasan plant P&G.

 “Upaya P&G dalam memastikan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan bukanlah hal yang baru dilakukan. Kami ingin mengajak semua pihak untuk turut berpartisipasi, sembari kami berinovasi menghadirkan produk dan brand yang semakin ramah lingkungan,” tambah Bharath.  

Sementara itu, Corporate Communications P&G Indonesia Dinda Kusumawardani mengungkapkan, sudah ada beberapa inovasi brand yang dilaksanakan di Indonesia. Contohnya, pengurangan plastik pada kemasan sachet dan botol dengan packaging innovation program.

“Di 2021, recycle sampah plastik dari laut untuk kemasan sampo akan mulai diperkenalkan. Saat ini, P&G tengah berupaya mencari partner daur ulang yang dapat memproduksi kemasan dari plastik daur ulang ini sesuai standar brand P&G,” ucap Dinda.

Untuk membawa dampak yang lebih besar, P&G Indonesia juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menyediakan segregated waste bin di sekolah-sekolah. Tujuannya, mempermudah proses reduce, reuse, dan recycle sampah.

Saat ini, kata Dinda, sudah ada 41 sekolah yang memiliki segregated waste bin dari P&G. Karyawan-karyawan di plant Karawang turut aktif terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem, seperti menanam pohon dan bersih-bersih sungai secara rutin.

Berbagai program dan kegiatan yang telah dilakukan P&G itu pun mendapat apresiasi dari berbagai pihak, di antaranya penghargaan dari Bupati Karawang dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk kategori Corporate Social Responsibilty (CSR) 2019, penghargaan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Jawa Barat dan Karawang.

P&G juga mendapat pengakuan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2019 untuk program pemberdayaan perempuan dan baby day care di dalam lingkungan pabrik.

Dengan dilakukannya seluruh upaya tersebut, P&G berharap target jangka panjang mereka untuk kelestarian lingkungan pada 2030 dapat tercapai. Di saat yang sama, kesadaran masyarakat dalam menerapkan gaya hidup ramah lingkungan juga semakin meningkat.

 



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x